Sebagai Area Bima - Putra
lahirnja, jang lahirnja dalam zaman perdjoangan maka INDONESIA – MUDA inilah
melihat tjahaja hari pertam – tama dalam zaman jang Rakjat-rakjat Asia, bearasa
dalam perasaan tak senang dengan nasibnja. Tak senang denagan nasib ekonominja,
tak seng dengan politiknja, tak senag dengan jang lain-lainnja
Zaman ‘’ senag dengan apa adanja
; sudahlah lalu
Zaman baru:zaman mud barulah
datang sebagai fadjar jang tjutnja
Zaman teori kaum kuno , jang
mengatakan bahwa ;; siapa jang ada di
bawah, harus terima jang ia anggap tjukup – harga duduk dalam perpendaharaan
riwayatjang barang kemas-kemasnja berguna untuk memelihara siapa jang berdiri
dalam hidup’’ kini sudahlah tak mendapat penganggapan oleh rakjat-rakjat Asia,
itupun semakin lama semakin tipislah kerdjajaan
rakjat-rakjatitu bahwa rakjat-rakjat yang memperdjoangkan itu, adalah
‘’voogd’’jang kelak kemudian hari akan ‘’ontvoogded’’ mereka :makin lama makin
menispilah kependjajaanja, bahwa rakjat- rakjat jang memperdjoangkannja itu ada
sebagai ,’’Saudar Tertua’’jang dengan kemauan sendiri akan melepas mereka bila
mana mereka sudah’’,’’dewasa Akil-balig atau’’ masak’’,
Sebab tipisnja keperdjajaan itu
adlah bersendi pengetahuan, bersendi kajakinan, bahwa pentebab kolonisasi
adalahitu bukanlah keinginan kemasjhuran ,bukan keinginan melihat dunia Asing,
bukan keinginan merdeka dan bukan pula karna negeri rakjat jang mendjalankan
kolonisasi itu ada karna terlampau sesak oleh banjaknja penduduk, - sebagai
jang tela diadjarkan oleh Gustav klemm - , akan tetapi kolonisasi jalah
teristimewa rezeki.
Jang pertama-tama penjebab
kolonisasi jalah hampir selamanja kekurangan bekal hidup dalam tanah – airnja
sendiri’’ , begitu dietrich schafer
berkata. Kekurangan rezeki jang mendjadi
sebab rakjat-rakjat eropah mndjari rezeki di negeri lain.! Itulah pula
jang mendjadi rakjat-rakjat itu mendjajah negeri –negeri dimana mereka
mendapatkan rezeki itu. Itulah pula yag membikin ‘’ ontvoogding ‘’-nja
negeri-negeri jadjahan oleh negeri-neger- mendjahnja itu sebagai suatu barang
yang sukar dipedjatjajainja itu, sebagai suatu barang jang sukar
dipendjahnjainya. Orang tak akan gampang
gampang melepaskan bakul nasinja jika
dilepas bakul itu mendatangkan matinja!...
Begitulah, bertahun tahun,
berwindu-windu rakjat Eropah itu mempertuankan
negeri-negeri Asia. Berwindu-windu rezeki masuk kenegerinja. Teristiwa
Eropah baratlah bukan main tambah kekajaannja.
Begutulah tragiknja riwajat-riwajt
negeri djadjahan ! dan keinsjafan tragikinilah jang mendnjadarkan rakjat-rakjat
djadjahan rakjat-rakjat djadhan itu;sebab walaupun lahirnja sudah alah dan
takluk, maka spirit of Asia masih kekal. Roch Asia masih hidup sebagai api jang
tiada padamnja ! keinsafan tragik inilah pula jang sekarang mendjadi njawa
pergerakan rakjat Indonesia-kita, jang walaupun dengan maksudnja sama,ada tiga
mempunyai tiga sifat.: NASINALISTIS, ISLAMISTiS DAN MARXISTIS-lah adanja.
Mempeladjari,mentjahari hubungan
antara ketiga sifat itu, membuktikanbahwa ketiga haluan ini
dam suatu negeri djadjahan tak guna berseteruan satu sama lain. Membuktikan
bahwa tiga kelombang ini bisa bekerja sama mendjadi satu gelombang jang maha
besar dan maha kuat s a t u ombak taufan jang ttak bisa ditahan terdjangannja,
itulah kewajiban jang harus kita memikulnja.
Akan hasil atau tidak kita
mendjalankanjajang seberat dan semulia itu bukanlah kita jang menetukan, akan
tetapi kita tidak boleh putus-putus berdaja-upaja tidak boleh habis ichtiar
mendjalandkan kewajiban untuk mempersatukan gelombang-gelombang tahadi itu
sebab kita jakin bhwa P e r s a t u a l a h jang kelak kemudian hari membawa
kita terkabulnjaImpiankita; Indonesia mardeka!
Entah bagaimana tertjapainja
persatuan itu; entah bagaimana rupanja perstuan itu; akan tetapi tetaplah, jan
membaw kita ke-indonesia Mardeka itu,
jalah kapal-persatauan adnja! Mahatma djurumudi jang akan membuat dan
mengemudikan kapal persatuan itu kini
barang kali belum ada akan tetapi jakinlah bahwa kita pula bahwa kelak
kemudian hari mustilah datang saatnja jang sang Mahatma itu berdiri di tengah
kita!...
Itulah sebelanja kita dengan besar hati mempeladjari dan ikut meratakn
djalan jang menudju perstuan itu itulahmaksud dari tulisan jang pendek ini.
Nasionalisme, Islamisme dan
Marxisme
Inilah azaz-azaz jang
dipelukoleh pergerakan-pergerakan rakjat dan Asia. Inilah faham-faham jang
mendjadi Rochnja pergerakan-pergerakan di Asia itu. Rochnja pula
pergerakan-pergerakan di Indonesia kita
ini.
poertai boedi otomo, Nasinal Indische parij jang
kini masi ‘’ hidup’’ partai serikat Islam perserikatan minahasa,partai komonis
indonesia dan mash banjak partai lain.....bitu masing masing memiliki Roch
Nasinalisme, Roch Islamisme, atau Roch Marxisme adanja. Dapatkan roch-roch ini
dalam politik djadjahan berdkerja bersama-sama mendjadi satu Roch jang besar,
Roch persatuan roch persatuan jang membawa kita – kelapang ke-
Dapatkana dalam tanha djadjahan
pergrakan Nasionalisme itu di rapatkan dengan pergerakan Islamisme, jang pada
hakkekatnja tiada bangsa, dengan pergrakan marxisme yang bersifat perdjoangan
internasional?
Dapatkan Islamisme itu, ialah
suatu agama, dalam politik djadjahan berdkeja bersama-sama Nasionalisme jang
mementikan bangsa, dengan meterialismenja Marxismenja jang menganjar perbedaan?
Akan menghasilkan Usaha kita
merapatkan boidi oetomo jang begitu sebar –halus (gematigd), dengan partai
komonis Indonesia jang begitu, evolusioner, partai komonis indonesia, jang
walaupun ketjil swkali, oleh musuh-musuh itu jakin akan peringatan Al C- -a r t
h i l l, bahwa jang mendapatkan peberontakan-pemberontakanitu biasanja bagian-bagian terketjil, dan
bagian-bagian jang terketjil sekali ‘’?
Nasinalisme Kebangsaan
Dalam tahun 1882 Ernet Renan telah
mebuka pendapatnja tentang faham ‘’bangsa’’ itu menurut pudjangga ada satu
njawa, suatu azaz akal, jang terdjadi dua hal: pertama-tama rakjat itu dulunja
harus mendjalani satu riwajat: kedua rakjat itu harusmempunjai kemauan,
keinginan, hidup mendjadi satu. Bukannja djenis (ras), bukannja bhasa, bukannja
Agama, bukannja persamaan butuh, bukannja pula batas-batas negeri jang
mendjadikan ‘’Bangsa’’ itu.
Dari tempo-tempo balakangan maka
selainnja penulis-penulis lain, sebagai Karl kaustky dan Karl Radek,teristiwa
,o t t o b a u e r -l ah jang mendjadikan so al ‘’ Bangsa’’ itu.
‘’Bangsa itu adalah suatu
persatuan perangai jang jang terjadi dari persatuan iccwal jan telah didjalani
oleh rakjat itu ‘’, begitulah katanja Nasionalisme itu jalah suatu iktikad;
suatu keinsjafan rakjat, bahwa suatu rakjat itu adalah suatu golongan,, satu’’
bangsa’’!
Bagaimana djuga bunjinja
keterngan-keterangan jang telah diadjarkan oleh pendekar-pendekar Ilmu jang
kita sebutkan di atas tahadi, maka tetaplah, bahwa rasa nasionalitis itu menimbulkan rasa pertjaja akan diri sendiri, rasa jang mana adalah perlu sekali untuk
mempertahankan diri didalam perdjoangan menempuh keadaan-keadaan jang mau
mengalahkan kita.
Rasa perdjaja akan dirisendiri
inilah jang mwmberi keteguhan hati pada boidi oetomo dalam usahanja mentjari
djawa-besar;rasa pertjaja akan diri sendiri inilah jang menimbulkan ketetapan
pada kaum revosioner-nasionalis dalam perdjoangan mencari kaum Hindia-Besar
atau Indonesia-mardeka adanja.
Apakah rasa Nasionalisme –
jang, oleh kepertjajah akan diri sendiri itu, begitu gampang menjadi
kesombongan- Bangasa, dan begitu gampang mendapatkan tingkanja jang kedua,
jelah kesombongan-ras, wialaupun faham ras, (djenis) ada setinggi langit
bedanja dengan faham ras itu ada faham biologis, sedang Nasionalitiet itu suatu
faham nasionalisme itu dalm perdjoangan-djahjahan bisa berggandengan dengan
Islamisme jang dalam Hakekat tiada Bangsa, dan dalam lahirja di peluk oleh
bermatjam-matjam bangsa dan bermatjam ras: - apakah Nasionalisme itu dalam
politik kolonial bisa rapat-diri dengan Marxisme jang internasonal, interrasial
itu.
Dengan penuh ketetapanhati kita
bisa medjawab: bisa
Sebab, walaupun nasionalisme itu dalam hakekatnja mengetjualikan segala
pihak jang tak iku mempunjai,’’ keinginan hidup mendjadi satu’’ dengan rakjat
itu; walaupun nasionalisme sesungguhnja mengetjilkan segala golongan jangtak
merasa ‘’ satu golongan’’ degan rakjat
itu; walaupun dalam kebangsaan itu dalam azaznja menolak segala peringai jang
terdjadinya tidak ‘’ dari persatuan hal ichwal jang telah didjalani oleh rakjat
itu’’, - maka tak boleh kita lupa bahwa
manusia-manusia jang nedjadikan pergerakan islamisme dan pergeraka Marxsisme di
Indonesia kita ini – dengan
manusia-manusia jang mendjalankan nasionalisme itu semuanja mempunjai’’
keinginan hidup medjadi satu’’, bahwa mereka dengan kaum nasionalis itu mearasa
‘’ satu golongan satu bangsa’’ , bahwa segala fihak dari ergrrakan kita
ini, baik nasionalis maupun islamis,
maupun pula Marxis, beratus-ratus lamanja ada ‘’ persatuan ichwal ‘’
beratus-ratus lamanjasama-sama tak bernasib mardeka! Kita tak boleh lalai bahwa
teristiwa ‘’persatuan hal-ichwal’’ persatuan nasib inilah jang menimbulkan rasa
‘’golonagn itu, betul rasa-golongan ini masih membuka kesempatan dalam perselisihan
satu sama lain; betul sampi kini, belum pernah ada persabatan jang kokok-kokok
diantara fihak-fiahk pergerakan Indonesia-kita ini, - aka tetapi
bukanlahpula m a k s u d tulisan ini
membuktikan, bahawa perselisihan itu tidak bisa terdjadi djikalukita sekarang
berselisih, amboi, tak sukarlah mendatangkan perselisihan itu sekarang!
Maksud tulisan jalah membuktikan, bahwa p e r s a h a b a t a n bisa
tertjapia!
Hendalaklah kaum Nasionalis
jang mengetjualikan dan mengetjilkan segala pergerakan jang tak terbatas pada
Nasionalisme, mengambil teladan Karamchand Gamdi; ‘’ Baut saja tjinta saja ppada tanah-air itu
masklah dalam tjinta kepada segala manusia.saja ini seorang Patriot, olehkarena
saja manusia bertjarah manusia. Saja tida mengedjulikan siapun djuga. ‘’ ini
rahasianya, jang Gandhi tjukip kekuatan memprsatukan fihak Islam dan Fihak
hindu, fihak farsi, fihak jain, dan fihak Sick jang djumlahnja lebih dari tigaratus djuta itu,
lebih dari enam kali djumlah putera Indonesia hampi dari seperliama dari
djumlah manusia jjang ada di muka bumi
ini!
Tidak adalah halangannja
nasionalis itu dalm geraknja berdkerja bersama-sama kaum Islamis, dan marxis
lihatnja kekalnja perhubungan. Antara nasinalis dan Gandhi dengan fan-Islamis,
Maulana muhammad Ali, dengan pan-islamis
Sjaukat Ali, jang waktu pergerakan
non-cooperation india sedang menghaibat hampir tiada pisahnja satu sama
lainnja. Lihatlah geraknja partai nasionalis kuamintangdi tiongkok jang denagn
ridla hati menerima faham-faham marxis; tak setuju dengan kemeliteran, tak
setuju dengan imperialisme, tak setuju dengan kemodalan!
Bukannja kita mengharap, jang
Nasonalis itu supaya berobah faham djdi Islamis, atau marxis, dan islamis itu
berbalik mendjadi Nasionalis, akan tetapi impian kita jalah kekurunan,
persatuan antar tiga golongan itu.
Bahwa sesungguhnja asalm mau
sahadja . . . tak kuranglah djalan karena perstuan, kemauan, pertjaja akan ketulusan hati satu sama lain,
keinsafan akan pepatah ‘’ rukunmembikin sentausa’’ ( itulah sebaik-baiknja
djembatan kearah persatuan) tjukup kuatnja untuk melankahi segala perbedaandan
keagaman antara segala fihak-fihak dalam pergerakan kita ini.
Kita ulamgi lagi: tidak ada
halanagnnja nasionalis itu dalam garaknja, berdkerja bersama-sama dengan
Islamis dan Marxis.
Nasinalis jang sedjati,jang
tjintanja panah-air itu persendi pada pengetahuan atas susunan
ekonomi-Dunia dan riwajat, dan bukan
semata-mata tmbul dari kesombongan Bangsa belaka, - Nasionalis jang bukan
chauvinis, tak bole tidak, haruslah menolak segala faham pengetjualian jang
sempit itu, nasionalis jang sedjati, jang nasionalismenja itu bukan semata-mata
suatu copie ata u tiruan dari
nasionalisme Barat, akan tetapi timbul dari rasa tjinta, jang aka kemanusia dan
kemanusiaan, - nasionalis jang menerima rasa nasionalismeja itu suatu wahyu dan
melaksanakan rasa itu sebagai bukti,adalah terhindar dari segala faham
keketjilan dan kesempitan. Baginja maka rasa tjinta – bangsa itu adalah lebar
dan luas,pada memberi tempat dan lain-lainsesuatu sebagai lebar dan luasnja
hidupnja udara jang memberi tempat bagi segenap
suatu jang perlu bagi hidupnja segala hal jang hidup.
Wahai apakah, sebabnja
ketjintaannya-bangsa dari banjak nasionalis indonesia lalu mendjadi kebendjian
djikalau dihadpkan kepada orang-orang indonesia jang berkejakinan Islamistis?
Apakah sebabnja itu berdbalik mendjadi
permusuhan djikalu dihadapkan pada orang indonesia jang berkejakinan Marxistis?
Tidakkah tempat dalam sanubarunja untuk nasinalismenja Gopala Krishna, Gokhate,
Mahatma Gandhi, atau tjinta Ranjam Das.?
Djanganlah hendaknya kaum kita
sampai memeluk jingo-nasionalism, sebagai jingo-nasionalism, Arya samajdi india membelah danmemetjah persatuan hindu
muslim, sebab jingo-nasionalism, jang sematjam itu ‘’akhinja pastilah binasa’
oleh karena itu nnasionalisme hanyalah dapaat metjapai apa jang di maksudkannya,
bila mana bersendi atas azaz-aza jang lebihh sutji.
Bahwasanya hanya nasionalime
ketimuran jang sedjatilah jang pantas dipeluk oleh nasionalis- timur jang
sedjati nasionalisme eropah, jalah satu nasionalisme jang menngedjar keperluan
sendiri, suatu nasionaalisme perdangan jang untung atau rugi, -nasionalime jang
sematjam itu achirnya pastilah binasa.
Adkah keberatan untuk kaum
nasionalis jang sedjatinja, berkkerdja bersama-sama kaum Islam oleh karena
Islam itu melebehi kebngsaan dan melebihi batas-batas negerijalah super nasionalis
super-terittoria? Adkah internasionalitiet Islam suatu rintangan untuk geraknja
nasionalime, untuk geraknja kebngsaan.
Banjak nasionalis-nasionalis
diantra kita ang sama lupa bahwa pergarakan nasionalisme dan islamisme di
Indonesia ini – ja, di seluruh Asia – ada sama asalnja, sebagaiin jang
jalahkita uraikandi awal tulisan ini: dua duanja bberasal nafsu melawan
‘’bartart’’ atau lebih tegas melawan kapitalisme dan imperialisme barat
sehingga sebenarnjalawwan, melawan kawanjalah adanja. Betapa lebih luhurnjalah
sikap nasionalis, Pro. T. L.vaswani, seoreng jang bukan Islam jang menulis’’
jikalau islam menderit sakit, maka Roch kemerdekaan timur tentula sakit djuga;
sebab makin sngaynja negeri-negeri Muslim kehinlangan kemardekaannja, lebih
sangatlah imperialisme eropah mentjekek Roch Asia. Tetapi sadja pentjajapada
Asia sediakala: sadja bahwa pertjaja Rochnja masih akan menang. Islam adalah
intenasional, dan djikalau islammerdeka, maka nasionalisme kita itu adalah
diperkuat oleh segenapkekuatanja iktikad internaional itu”
Dan bukanitu sahadja’bnjak nasionali-nasionalis kita jang sama lupa, bahwa
orang Islam dimanapun djugga ia adanja, di seluruh “darul” Islam menurut
agamanja, wajib bekerdja untuk keselamatan orang negeri jang ditempatinja,
nasionalis-nasionali itu lupa bahwa orang islam jang sungguh-sungguh
mendjlankan ke islama-annja baik orangarab maupun India, baik orang mesir
maupun orng manapun djuga djikalau diam di Indonesia itu. ‘’ dimana-man orang
bertempat islam, bagaimanapun djuga djuhnja dari tempat kelahiranjadidalam
neggeri baru itu jang masih mendjadi suatu kebagiaan dari pada rakjat, islam
daripada perstuan islam. Dimana-orang islam bertempat ‘’ distulah haru
metjintai dan begerdja untuk keperluan negeri itu dan rkjattnja.
Ini nasionali Islam! Sempit-budi dan sempit pikiranlah nasionalis
jang memusuhi islamism serupa ini. Sempit-budi dan sempiti-pikiran ia, oleh
karena ia memusuhi suatu azaz jang, walaupun internasional dan interrasial,
mewajibkan kepada segenap pemeluknja jang ada diindonaesia bangsa apapun mereka
djuga mentjintai dan bekerdja untuk keperluan Indonesia dan rakjat indonesia
adnaj!
Adakah pula keberatan untuk kaum
nasionalis sedjati berkerdja bersama-sama senagn kaum marxis, oleh karena kaum
maris itu internasina djjuga?
Nasionalis jang segan berdekatan
dan bekerdja bersama-sama dengan kaum marxis, - nasionalis jang sematja itu
menundjukkan ketiadaanjang sangat, atas pengetahuan tentang berputranja roda
politik dunia dan dan riwajat. Ia lupa bahwa awal pergerakan marxis di
indonesia atau asia itu djuga merupakkn tempat asla ergerakan merreka. Ia lupa
bahwa arah pergerakannja sendiri itu atjab kali sesui dengan arah pergerakan
bangsanja jang marxsistis tahadi,. Ia lupa memusuhi bangsa jang marxistis itu, samalah
artinja menolak kawan sedjalan dan menambah adanja musuh dia lupa dan ytak
mengerti dengan sikapnja saudarra-saudarnja dilain-lain negeri asia .umpana
almarhum, Dr. Sun yat sen,panglima nasionalis jang besar itu jang, dengan
segala kesenanagn bekdja bersama-sama
dengan kaum marxis walaupun beliu itu jakin, bahwa peratuan marxis pada saat
itu belu bisa diadakan di negeri tiongkok ole karena negeri tiongkok itu tidal
ada sjara-sjaratnja jang tjukup-masak uuntuk mengadakan peraturan marxis itu
.prlunja kita membuktikan lebih landjut bahwa nasionalis itu baik sebagai suatu
azaz jang timbulnja dari rasa ingin hidup mendjadi satu ; baiksebagai suatu
keinsjafan rakjt itu ada suatu golongan, satu banggsa; maupun sebagai suatu
perstuan perangai jang terdjadi dari
perstuan hal-ichwal jang jalah didjalani
oleh rakja itu, - perlukan kita membuktikanlebih landjut bahwa
nasionalisme itu, asal sahadja jang memeluknja mau, bisa di rapatkan denga
islamisme dan Marxisme? Perlukah kita lebih landjut mengambil tjontoh-tjontoh
sikapnja pendekar-pendekar Nasionalis dilain-lain negeri jang sama pergandengan
tangan dengan kaum-kaum Islamis dan rapat diri dengan kaum-kaum marxis?
Kita rasa tidak ! sebab kita pertjaja bahwa tulisan ini, walaupun
pendek dan djauh kurang sempurna, sudahlah tjukup djelas untuk
nasionalis-nasionalis kolot jang mau
bersatu kita pertjaja bahwa nasionalis-nasionlis muda adalah berdiri di
smaping kita. Kita pertjaja pula, bahwa masih banjaklah nasionaliis-nasionalis
kolot jang mauu akkan perstuan; hanyalah kebimbangan mereka akan kekalnja
persatuan itulah jang megetjilkan hatinja untuk mengichtiarkan persatuan itu.
Pada mereka itulah terutama tulisan ini kita hadapkan ; untuk merekalah tulisan
ini kita adakan.
Kita tidak menuliskan rentjana ini untuk nasionlis –nasionalis jang
mau bersatu.
Nasionailis-nasionalis jang
demikian itu kita serahkan pada
pengadilan riwajat, kita serahkan pada putusnja mahkamah histori!
ISLAMISME KE-ISLAM-A
Sebagai fadjar sehabis malam jang gelapp-gulita sebagai penutup abad-abad kegelapan, maka di dalam abad
kesembilanbelas berkilu-kilaulah didalam dunia ke-islam-an sinarja dua pendeka, jang namanja, tak akan
hilang tertulis dalam buku –riwajat Muslim;Sheikh Muhammad Abdouh, Rektor
sekolah tinngi Azhar, dan seyid Djamalauddin El Afghani - dua dua panglima pan-Islamisme jang telah
membangun dan mendjunndung tinggi rakjat-rakjat Islam di seluruh dunia dari
pada kegelapan dan kemunduran.walaupun dalam sikapnja dua pahlawan ini ada
perbedaan sedikit satu sama lain – seyid jamaluddin, kenjatan-kenjataan Islam
dan tentang politik, terutama seyid djamaluddin jang pertama-tama
membangun rasa, perlawanan dihati
sanubari rakjat-rakjat muslim terhadap pada bahaja imperialisme barat;
merekalah terutama seyid djamaluddin, pula jang mula- mula mengobatkan
suatu barisan rakjat; Islam kokoh guna melawan bahaja imperialisme barat ittu.
Sampai dalam wafatnja dalam
tahun 1896, Djjamaluddin El-Afghani. Harimau pan-Islamisme jang gagah
berani itu, bekerdja dengan tiada berhentinja, menanam beni ke-Islaman
dimana-mana, menama, rasa-perlawanan terhadappada ketamaan barat, menanam
kejakin bahwa untuk perlawanan itu kaum Islam harus’’ mengambil tehniknja
kemedjuan barat, dan mempelajari rahasia-rahasianja kekuasaan barat’’2
Marxisme
Mendengar perkataan ini, maka tampak
sebagai suatu bajang-bajangan dipenglihatan kita gambarnja berdujun-dujunkaum
jang mudlarat dari segala bangsa dan negeri, putjat-muka dan kurus-badan, pakain berkpjak-kojak: tampak pada pada
angan-angan kita dirinja pembella dan kampium simudlarat ttahdi, seorang ahlli
fikir jang ketapan hatinja dan keinsafan akan kebiasaannja ‘’ mengingant kita
pada pahlawam-pahlawan dari dongeng kono germania jang sakti jang tak
teralahkan itu’’ suatu manusia jang ‘’ gewelding’’( hebat) menggerakkan kaum
buruh, yakni: H e n r i c h K a l m a
r x
Dari muda sampai pada
wafatnja,manusia janng heibat ini tiada berhenti-berhentinja membela dan
memberi penerangan pada simiskin bagaiman mereka mendjadi sengsara dan
bagaimana mereka itu pasti akan mendapat kemenangan: tiada kesal tjapainja ia
berusaha dan bekerja untuk membela itu: duduk diatas kursi, di muka medja
tulisnja, begitulah ia dalam tahun 1883 menghembuskan nafasnja jang
penghabisan.
Seolah-olah mendengarlah kita
dimana-dimana negari suaranja mendengung sebagai kuntur, tatkala ia dalam tahun
1847 menulisseruaranja: ‘’ kaum buruh dari semua negeri, kumpullah mendjadi
satu’’! dan sseguhnja! Riwaja-dunia belumlah pernah mentjeriterakan pendapat
dari seorang manusia, jang begitu tjepat masuknja dalam kejakin satu golongan
pergaulan-hidup, sebagai pendapatnja kampium kaum buruh ini. Dari puluhan
mendjadi ratusan, dari ratusan mendjadi ribuan, dari ribuan mendjadi raksaan
kesetiaan, ketiaan, djutaan...... begituh djumlah pengikutnja bertambah-tambah.
Sebab walaupun teori-teorinja ada snagat sukar dan berat untuk kaum jang pandai
jang teranng-fikiran tetapi amatlah ia gsmpang dimengerti oleh kaum jang
tertindas dan sengsara kaum melarat fikiraan jang keluh kesah itu.
Berlainan dengan sosialis-sosialis
lain, jang mengira bahwa tjita-tjita mereka itu dapat tertjapai dengan djalan
persahabatan antara buruh dan mendjadikan ‘’ brlainan denagan umpamanja
ferdinand lassalle jang teriaknja ada suatu teriak pperdamaian,maka Karl marx,
dalam tulisan-tuliisamnja tidak satu kali mempersoalkan kata asih atau kata
tjinta, membeberkan pula faham pertantangan golongan , faham klassentrinnd dan
mengadjarkan pula, bahwa lepasnja kaum buruh dari nasibnja itu jeah oleh
perlawana zonder-damai terhadap pada kaum ‘’busuasi’’ satu perlawanjang tidak
boleh tidak, mesti terdjadi oleh karena peraturan jang kapitalistis adanja.
Walaupun pembatnja tentunja
semua sudah sedikit-sedikit mengetahui apa jang jalah diadjarkan oleh karl marx
itu, maka berguna pulalah agaknya djikalau kita disini mengingatkan bahwa djasa ahli fikir ini jalah: - ia mengadakan
suatu peladjaran gerakan fikiran jang bersandar pada perbedaan (
Materialistische Dialistik) ; - ia membentangan teori, bahwa harganja
barang-barang itu di tentukan oleh banjaknja kerdja jang mebuat barang-barang
itu sehingga kerdja itu jalah ‘’ wert-bildende
Subtanz’’, dari barang-barang itu (arbeids waarde-leer); - ia ia
membeberkan teori, bahwa bahhwa hasil pekerdjaan kkaum buruh dalam pembikinan
barang itu adalah lebih besar harganja dari pada jang ia terima sebagai upah (
neerwarde) ia mengadakan suatu pelandjaran riwajat jang berdasrkan
perikebendaan jang mengadjarkan bahwa bkan bdi akal budi manusialah jang
menentukan keadaannja, tetapi sebaliknja
keadaanja berhubungan dengan pergulan hiduplah jang menentukan budi akalnja’’
(Materialistiche geschiedenisopvatting) ; - ia mengdkn teori, bbhw mkin lama
makinmendjadi besar (kapitaalsacccumulutei) sedang kapital-kapital jang ketjil
sama mempersatukan dari djdi modal jang besar ( kapitaalscentralistei) dan bhw
oleh karena persaingan peruhaan-perusahaan jang ketjil mati terdesak oleh
perusahaan jang besar, sehingga ole desak-desakan ini achirnja tjuma tinggal
sehadnja amat beasarnja( kapitaalscontralitie); -dan ia mendirikan teori jang
dalam atura(3)
Sebaliknja nasionalis dan Islamis jang menundjuk –nundjuk ‘’ akan
failletnja’’ marxisme dan dan jang menundjuk-nundjuk akan benjana
kekalang-kabutan dan benjana kelaparan jang terdjadi oleh practiknja’’ faham marxisme itu, -
mereka menindjukkan tak mengertinja atas faham marxisme dan tak mengerti atas
sebab terpelesetnja ‘’practisnja’’ tahadi sebab tidaklah marxisme sendiri
mengadjarkan bahhwa sosiolismenja itu hanja bisa terjapainja dengan
sungguh-sungguh bilamana negeri-negeri jang besar-besar it semuanja di’’sosialis’’kan.?
Bukankah kejadian sekarang
ini jauh berlainan dari pada voor-de’’ (sjarat) untuk terkabulnja maksudnja
marxisme itu!
Untuk adilnja kita punja hukuman
terhdap pada’’practicnja’’ faham
Marxisme maka itu harus kita ingat
‘’failleit’’ dan kalang kabut-nja negeri Rusia adalah dipertjepat pula oleh
penutupan atau belokkade oleh semua semua negeri-negeri musuhnja di pertjepat
oleh hantaman dan serangan ‘’empatbelas tempat oleh musuh-musuhnja sebagai
inggeris, perantjis dan jenderal-jenderal koltchak Denikin yudenietch dan
Wrengel;dipertjepat pua oleh propaganda jang dilakukan oleh hampir semua
surat-chabardiseluruh dunia.
Didalam pemandanga kita, maka
musuh-musuhnja itu pula harus ikut bertanggung djwab atasmatinja limabelas
djuta orng jang sakit dan kelaparan itu mereka dimana mereka menjokong
penjerangan koltchak Dinikin Yuninetch dan Wrangel itu dengan harta dengan
benda dimana umpanja negeri innggeri jang membuang berdjuta-djuta berjuta
rupiah untuk menjokong penjerangan penjjerangan-penjerangan atas diri
sahabatnja jang dulu itu, jelah mengotorkan nama inggeris dunia denganmenolak
memberi tiap-tiap bantuan pada kwerdja penolongan sisakit dan silapar itu,
dimna di amirika di rumania dan di Hungaria pada saat terdjadinja bentjana itu
pula karna banjaknja gendum, itu kaju – bakar sedang di negeri rusia orag-orang
didistrik semara makan daging anak-anaknja senderi oleh kaerna laparnja.
Bahwa sesungguhnja luhurnja
sikapnja H.G Wells, penulis inggeris jang masjhur itu, seorang jang bukan
komunis, dimana dia tak memihak
padasiapa djuga menulis, bahwa, bahwa umpanja bolshevik itu ‘’ tidak
dirntang-rintangi meeka barang kali bisa menjelesaikan suatu exprement
(pertjobaan ) jang maha besar faedahnja
bagi perikemanusiaan . . . . tetapi dirintang-rintangi.
Kita jang bukan konis pula.,
kita pun tidak memihak pada siapa djuga ! kita hanya memihak pada
perstuan-perstuan Indonesia kepad pershabatan pergerakan kita semua.
Kita menulis bahwa tehnik
Marxisme jang sekarang adalah berlainan dengan teknik marxisme jang dulu.
Teknik Marxisme jang dulu sikapnja begitu sengit anti-kanum kebangsaan dan anti
keagamaan maka sekarang trutama di asia,sudah lahbegitu berobah, hingga
kesengitan ‘’anti’’ ini sudah berbalik mendjadi persahabatan Kaum marxisdengan
kaum Nasionalis dinegri teongkok ; dan kita melihat persahabatan Marxisme
dengan kaum Islamis Afganistan.
Adpun teori Marxisme sudah
berobah pula. Memeng seharusnja begitu ! Marx dan Engels bukanlah Nabi-nabi
jang bisa mengadakan aturan-aturan jang bisa terpakai untuk segala zaman. Teori-teorinja
haruah diobah kalau zaman itu berobah ; teori-teorijnja harus diikutkan pada
perobhan nja dunia kalau tidak mau mendjadi bangkrut Marx dan Engels pun
sendiri mengerti akan hal ini; mereka sendiri pun dalam tulisan-tulisannja
sering menundjukkan peruhana fahm atau tentang kedjadian-kedjadian pada zaman
mreka masih hidup bandingkanlah pentdapat-pendapatsampai tahun 1847; bandingkan
pendapat-pendapt tentang arti Verelendung’’ sebagai jang di maksudkan dalam
‘’manifes komonis ‘’ dengan pendapat tentang arti perkataan itu dalam ‘’Das
kapital,, - maka segeralah tampak it pada perobahan dan perohana perpindahan itu, bahwasanja
benarlah pendapat demokrat emile vandervelde dimana ia mengatakan bahwa
revolusionisme itu tidak muai denagn barntein tetaipi engan Marx dan engel
adanja ‘’
Pruhan taktik dan peruhan teori
itulah mandjadi sebab kaum Marxis jang mudah’’ baik ‘’ sabar maupun jang keras
teruutama di Asia. Sama menjokong pergerakan nasional jang sungguh –sungguh .
mereka mengerti bahwa negeri-negeri asia dimana belum ada kau m ploretar dalam
arti sebagai eropah atau Amirika
pergrakan harus diobah sifatnja menurut pergaulan di Asia itu pula. Mereka
mengerti bhwa pergerakan marxistis di asia haruslah berlainan tehnik dengan
pergrakan Marxis di eropah atau Asia dan haruslah bekerdja bersama-sama denagn
partai-partai jang klein-bergelijk’’ oleh karena disini jang pertama-tama perlu
bukan kekyasaan tetapi jalah perlawanan terhadap pada feodalisme.
Supaya kaum buruh di
negeri-negri asia dengan leluasanja bisa mendjalankan pergerkan jang
sisialistis sesungguh-sungguhnja maka perlu sekali negeri-negeri itu merdeka
perlu sekali kaum itu mempunjai Nasionale autonomei ( otonomi nasional)
nationale autonomei adalah suatu tudjuan jang harus ditudjuoleh perjoangan
ploretar,oleh karena ia ada suatu upaya jang perlu sekali bagi politiknja ‘’
begitulah Otto Bauer berkata. Itulah sebabnja maka otonomi ini mendjadi suatu
hal jang pertama-tama har s diusahakan oleh pergrakan-pergerakan Buruh d Asia
ini. Itulah sebabnja maka kaum buruh di Asia wadjib bekerdja bersama-sama dan
dan menyokong segala pergerakan jang merebut otnomi nasional itu D j u g r, dengan tidak menghitung-hitung azas apakah
pergerakan-pergerakan it memounjai.
Itulah sebabnja maka pergerakan pergerakan Marxisme di Indonesia harus harus
menjokong pergerakan-pergerakan kita jang Nasionalistis dan Islamistis jaang mengambil otonomi itu sebagai maksudnja
pula.4
Demikian pula tak pantaslah kaum Marxisme it bermusuhan dan berbenturan dengan pergerakan
Islam jang sungguh-sungguh tak pantas mereka memerangi pergeraakan jang,
sebagaimana sudah kita uraikan di atas,dengan seterang terangnja jalah anti
kapitalisme; tak pantas mereka memerangi suatu pergerakan jang jangdengan
sikapnja anti-riba dan anti bunga dengan seterang-terangnja jalah anti
Meewaarde pula; dan tak pantas mereka memerangi sutu pergerakan jang
seterang-tearngnja mengedjar kemerdekaan persamaan dan perdsaudaraan, dengan
seterang terangnja mengendjar Nationale autonomie. Tak pantas mereka bersikap
demikian itu oleh karena taktik Marxisme-baru terhadap agama adlah berlainan
dengan taktik Marxisme-dulu Marxisme baru adalah berlainan dengan Marxisme dari
tahun 1847, jan dalam Manifes komonis, mengatakan bahwa agama itu harus- di- abscheffen
atau di lepaskan adanja.
Kita harus menbedakan H e s t o
r i s M a t e r i a l i s m e itu dari
pada W i j s g e r i n g- M a t e r i a
l i s m e; kita harus memperingatkan bahwa meaksudnja Hestoris Matirialisme
tahadi.Wijgering-Materialisme memberi djwaban ata sperjoangan; bagaimanakah
hubungan antara fikiran (denken) dengan benda (materie) bagaimanakah fikiran
itu terdjadi sedang hestoris Meterialisme memberi djawaban a atas soal; sebab
apakan fikiran itu dalam zaman ada begitu atsu begini; Wijgering materialisme
memandjakan apa adanja ( wezen) fikirsn itu; Hestoris –Materialisme mentjari
asalnja fikiran Historis materialisme mempeladjari tumbuhnja fikiran
Wijgering-Materialisme adalah Wejgering hestoris Materislisme adalah historis.
Dua faham ini oleh musuh-musuhnja Mrxisme di
eropah terutama kaum geredja, senantiasa ditukar-tukarkan dan senantiasa
dikelirukan satu sama lain. Dalam propagandnja anti Marxisme mereka tidak berhenti-henti mengusahakan
kekeliruan faham itu ; tak berhenti-henti mereka menuduh-nuduh bahwa kaum
Marxisme jang kaum menadjarkan, bahwa fikiran hanyalah suatu
mengeluaran sehadnja dari otak, sebagai luudah dari mulut dan dari empedu dari
limpa; tak berhenti-henti mereka menanamkan kaum Marxisme suatu kaum jang menjembah
benda, suatu kaum jang menuhankan materi.
Itulah asalnja kebentjian kaum
Marxisme Eropah terhadap gerakan geredja
asalnja sikap sikap perlawan kaum Marxsime Eropah terhadap kaum agama , dan
bertambah ini bertambah sengitnja brtambah kebentjian dimana kaum geredja itu
memekai-memakai agamanja untuk
melindung-melindungi kapitalisme memakai-memakai agamanja untuk membela kaum atasan memakai-memakai
agamanja untuk mendjalankan politik jang reaksioner sekali.
Adapun kebentjian pada kaum
agama jang timbuknja darisikap kaum geredja jan reaksioner itu, sudah didjatuhkan oleh kaum Marxis kepada
kaum Agama Islam, jang berlainan sekali sikapnja dan berlainan sekali sifatnja
dengan kaum geredja di Eropah itu, disini Agama Islam adalah agama kaum jang
tak mardeka: disini kaum agama Islam adalah kaum jang di-‘’ dibawah’’, sedang
agama jang memeluk agama kresten adalahjang bebas dimana agama kresten adalah
kaum agama jang di-‘’atas’’,. Tak boleh tidak suatu agama jang
anti-kapitalisme, agama kaum jang tak merdeka, kaum agama jang di-‘’bawah’’,
ini agama jang menjuruh mentjari kebebasan agama jang m e l a r a n g mendjadi
kau’’bawahan’’, - agama jan demikian itu p a s t i l a h menimbulkan suatu
sikap jang tidak reasioner dan p a s t i l a h menimbulkan perjoangan dalam
beberapa bagian s e s u a i dengan
perjoangan Marxisme itu.
Karenanja’’ djikalau kaum
Marxisme ingat akan perbedaan kaum geredja di Eropah dengan kaum Islam di
Indonesia ini, maka nistjaja mereka mengandjukan tanganja, sambil berkata;
saudara marilah kita bersatu djikalau
mereka menghargai akantjontoh-tjontoh saudara-saudarnja terdjadi dilain-lain
negeri, maka nistjajalah mereka mengikuti tjontoh-tjontoh itu pula. Djikalu
mereka aa dalam itu djuga bekerdja bersama-sama dengan kaum nasionalis atau
kaum kebangsaan, maka meeka dengan tentram-hati boleh berkata: kewadjiban kita
sudah terpenuhi.
Dan dengan sudah kita memenuhi
kewadjiban Marxis-muda tahadi itu, dengan memperhatikan segala perubahan
azasnja dengan mendjalankan segala perubahan taktik pergerakannja itu mereka
boleh menjebutkan diri pembela rakjat jang tulus-hati mereka bolehmejembutkan
garamnja rakjat.
Tetapi Marxis jang ingkar
akan persatuan, Marxis jang kalot teori kono-taktinja Marxis jang memusuhi
pergerakan kita jang Nasionalis dan Islamis jang sungguh-sunggu – Marxis jang
demikian itu djanganlah merasa terlanggar kehormatanja djikalau dinamakratjun
rakjat adanja!
Tulisan kita hampir habis.
Dengan djalan djauh kurang
sempurna, kita mentjoba membuktikan bahwa faham naisionalisme dan Marxisme itu
dalam negeri djadjahan itu dalam beberapa bagian menupi satu sama lain. Dengan
djalan jauh kurang sempurna kita
menudjukkan teladan pemimpin- pemimpin dilain negeri. Tetapi kita jakin, bahwa
kita dengan terang benderang menundjukkan k e m a u n kita mendjadi satu. Kita
jakin bahwa pemimpin-pemimpin Indonesia semua insjaf, bahwa perstuanlah jang
membawa kita ke arah kebesaran dan
ke-mardekaan. dan kita jakin pula, bahwa walupun fikiran kita tidak mentjotjoki
semua kemauan dari masing masing-masing fihak, ia menundjukkan bahwa persatuan
itu bisa tertjapai sekarang tinggal menetapkan sahadja organisasinja bagaimana
perstuan itu bisa berdiri: tinnggal mentjari organisitornja sahadja, jang
mendjadi Mahatma persatuan itu. Apakah ibu, Indonesia jang mempunjai
putere-putera sebagai oemar Said Tjokrominoto, Tjipto, Mangunkusumo dan semaun,
- apakah Ibu Indonesia mempunjai pula putera-putera jang bisa mendjadi kampium persatuan itu?
Kita harus bisa menerima; tetapi
kita djuga harus bisa memberi. Inilah rahasianja perstuan itu. Persatuan tak
bisa terdjadi, kalau masiang-masinng fihak tidak mau memberi sedikit-sedikit
pula.
Dan djikalu kita semua insjaf,
bahwa kekuatan hidup itu letaknja tidak dalam meneriima; tetapi dalam memberi;
dikalau kita semua Insja, bahwa dalan bertjerai-beraiann itu lettaknja benih
perbudakan kita; jikalu kita semua
Insjaf, bahwa permusuhan itu jang mmendjjadi asal, punja ‘’ v i a d o l a r o s
a’’ djikalau kita Insjaf, bahwa, Roch Rakjat kita masih penuh kekkuatan untuk
mendjungjung diri menudju sinar jang satu jang berada ditengah-tengah
kegelapan- gumpita jang mengelilingikta ini, - maka p a s t i l a h persatuan
itu terdjadi dan p a s t i l a h sinar
itu tertjapai djuga.
Sebab sinar itu dekat !
‘’ Suluh Indonesia Muda’’, 1926
Tidak ada komentar:
Posting Komentar