METODE BERPIKIR DIALEKTIKA
1. Latar belakang sejarah Materialisme
Dialektik
Sebagaimana
kita telah ketahui, bahwa Materialisme Dialektik bersumber pada filsafat klasik
Jerman abad ke 19, atau dengan kata lain ,Materialisme Dialektik (MD)
adalah pengembangan lebih lanjut dari filsafat klasik Jerman. Pada msa
itu, Fisafat klasik Jerman merupakan filsafat yang paling maju di Eropa.
Mengapa tidak di Inggris atau Perancis yang tingkat perkembangan masyarakatnya
jauh lebih maju dari pada di Jerman, tentunya bukan hal yang kebetulan.
Pada abad
ke 19, kapitalisme mulai berkembang di Jerman, kaum borjuis Jerman berada di
telapak kaki kekuasaan feodal Kaum Jongker. Sementara di Inggris dan
Perancis, kapitalisme berkembang lebih maju dibandingkan Jerman.. Borjuasi
kedua negeri itu sudah berhasil menumbangkan kekuasaan feodal sementara borjuis
Jerman membutuhkan sebuah filsafat sebagai sebuah senjata ideologis yang mampu
memberikan bimbingan dan pimpinan dalam perjuangan melepaskan dekapan Kaum
Jonger. Begitulah dapat dikatakan bahwa Filsafat klasik Jerman di abad 19
justru merupakan proses perkembangan dari perjuangannya untuk mendapatkan
senjata ideologi itu.
Pada
batas-batas tertentu perjuangan klas antara kaum feodal dan kaum borjuis lebih
berat daripada apa yang terjadi sebelumnya di Inggris dan Perancis,. Alasannya,
baik kaum feodal maupun kaum borjuis yang berkuasa di Jerman, masing-masing
telah dapat menarik pelajaran dari pengalaman sejarah perjuangan
klas dari negeri-negeri tersebut (Inggris dan Perancis). Sementara
itu perkembangan kapitalisme yang tak mungkin terhindarkan , telah melahirkan
suatu klas baru, yaitu klas pekerja. Kelas pekerja ini semakin tumbuh membesar
dan kuat dan menjadi musuh utama klas borjuis dalam masyarakat kapitalis
di Jerman. Ditambah lagi dengan Gerakan kaum buruh yang sudah mulai
bangkit di negri-negeri lain seperti Inggris, Perancis dsb., mempengaruhi alam
pikiran kaum borjuis Jerman.
Sudah tentu
disamping itu semua, ilmu pengetahuan dan tehnologi yang berkembang pesat. Hal
itu tidak lain berkat kemajuan kapitalisme di capai. Kemajuan tersebut
yang kemudian menentukan perkembangan dunia pikiran dan filsafat. Dalam situasi
demikian, pada satu pihak kaum borjuis Jerman berkepentingan menumbangkan
kekuasaan feodal untuk mengembangkan kapitalisme, sedang di pihak lain mereka
juga mengkuatirkan ancaman kebangkitan gerakan klas proletar. Situasi demikian
menimbulkan keraguan dalam diri mereka. Hal ini jelas tercermin dalam filsafat
klasik Jerman yang muncul.Gambaran yang konkrit misalnya dari filsafat dualisme
Kant yang kompromis, filsafat Hegel yang Dialektik tapi idealis, sampai ke
filsafat Feuerbach yang materialis tapi mekanis dan tak konsekwen.
Sebagaimana
kita ketahui , tokoh-tokoh yang berhubungan erat dengan kelahiran Materialisme
Dialektik adalah Hegel dan Feuerbach. Hegel berjasa dalam mensistimatisir
fikiran-fikiran dialektis yang terdapat sepanjang sejarah filsafat, ini yang
menunjukkan bagian progresip dari filsafatnya, namun Dialektikanya Hegel
lebih berdasarkan idealisme dimana filsafatnya menunjukkan segi yang
reaksioner. Menurut Hegel, gejala alam dan sosial adalah perwujudan dari ‘ide
absolut yang senantiasa bergerak dan berkembang. Marx berpendapat bahwa
Dialektika Hegel itu berjalan dengan kaki di atas dan kepala di bawah.
Filsafat
Feuerbach adalah filsafat materialis mekanis yang pernah menjadi senjata
ideologis kaum borjuis Perancis dalam revolusi abad 18. Sungguh pun demikian,
adalah juga Feuerbach, yang berani menghidupkan kembali Materialisme dan
mengibarkannya tinggi-tinggi di tengah lautan idealisme yng menguasai seluruh
Eropah pada abad itu. Dengan pemikiran Materialisme yang terbatas, Feuerbach
mengkritik agama Katholik yang berkuasa pada saat itu, karena mereka tak lebih
dari kuroptor dan alat negara kerajaan pada saat itu. Dari pemikirannya itu
pula muncul ide untuk mendirikan sebuah agama baru diatas bumi yang nyata,
bukan di awang-awang. Ini justru menunjukkan ketidak konskwenan pandangan
Materialisme Feuerbach.
Marx secara
kritis mengubah Dialektika Hegel yang idealis menjadi Materialis, dan
Materialisme Feuerbach yang mekanis (non- dialektis) menjadi dialektis. Dengan
demikian terciptalah suatu sistim filsafat Materialisme Dialektik.
Berdasarkan
sistim filsafat Materialisme Dialektik, Marx mengadakan penyelidikan
dalam bidang sejarah, menelaah sejarah perkembangan masyarakat manusia sehingga
lahirlah apa yang dikenal Materialime Historis atau pandangan tentang sejarah
secara materialis. Menurut Materialisme Historisnya, Marx menggambarkan bahwa
masyarakat berkembang menurut hukum-hukumnya dan tidak dapat ditentukan oleh
ide atau kehendak seseorang atau golongan. Dan menurut hukum-hukum
perkembangan masyarakat yang objektip ini , terutama hukum yang menguasai
masyarakat kapitalis, Marx berkesimpulan bahwa masyarakat kapitalis pasti akan
tumbang dan akan diganti oleh masyarakat yang lebih maju. Ini adalah
suatu keharusan sejarah. Dan keharusan sejarah ini akan diwujudkan dan hanya
dapat diwujudkan oleh klas pekerja, ksum proletar. Klas pekerja sebagai kelo
mpok
mayoritas dan paling tertindas itu telah mendapatkan filsafatnya sebagai
senjata ideologis yaitu Materialisme Dialektika. Dan Materialisme Dialektika
mendapatkan kekuatan realnya pada Klas pekerja.
2. Kenyataan objektif di dunia
adalah material
Sama
seperti filsafat materialis lainnya, Materialisme Dialektik pertama-tama
mengakui, bahwa materi atau kekeberdaan (being) adalah primer sementara idea
atau pikiran adalah sekunder. Materi yang dimaksudkan disini tidak berarti
hanya benda tapi segala sesuatu yang adanya secara nyata (riil), yang dapat
ditangkap oleh indera, dilihat, dibaui, didengar, diraba dan dirasakan. Selain
itu yang lebih penting lagi bahwa Materialisme Dialektik mengakui materi atau
kenyataan objektip itu berada diluar kesadaran subjektip, artinya adanya suatu
materi itu tidak ditentukan oleh kesadaran atau pengetahuan kita.
Misalnya,
kehidupan ekonomi kapitalis selalu di acam oleh penyebab-penyebab yang hadir
tanpa peduli kita menyadarinya atau tidak. Atau, contoh kedua, atom-atom dalam
kertas ini sudah ada, disadari atau tidak oleh kita. Hal ini bertolak belakang
dengan filsafat idealisme yang hanya mau mengakui suatu hal sebagai suatu
kenyataan apabila sudah ia sadari, dengan kata lain ada atau tidak adanya
suatu kenyataan itu ditentukan oleh kesadaran subjektif. Contoh dari filsafat
ini, kita baru mengetahui bahwa kita memiliki nafas kalau saat ini kita
berhenti sebentar membaca ...(silakan berhenti membaca). dan merasakan bahwa
ternyata kita mengambil dan mengeluarkan udara lewat hidung. Nafas itu tidak
ada kalau kita sadar menghentikan udara agar tidak masuk lagi ke dalam
hidung.Nafas itu pun kembali ada , kalau kita menghirup dan mengeluarkan udara
lagi. Dari contoh itu kita dapat menyatakan bahwa Inilah ciri dari pandangan idealisme
subjektif. Sering secara tidak sadar tergelincir kedalam pandangan yang
demikian, hingga jatuh dalam jurang subjektivisme. Berdasarkan contoh tersebut,
kubu materialisme akan menjawab bahwa nafas tetap ada , entah kita sadari atau
tidak, 5 menit yang lalu.
Dasar
material dari pendirian kita menyatakan bahwa idea atau fikiran itu sekunder.
Secara khusus adalah sebagai berikut:
1.
Suatu ide atau pikiran mesti dilahirkan oleh suatu
materi yang dinamakan otak, tanpa otak tak akan ada idea
atau pikiran .
2.
Menurut isinya, suatu idea mesti merupakan
suatu pencerminan dari suatu kenyatan objektip atau materi, sekalipun
betapa abstraknya materi itu, misalnya ide masyarakat
adil makmur, adalah pencerminan yang berpangkal dari suatu kenyataan
masyarakat yang serba tidak adil dan miskin, hingga
menimbulkan angan atau cita-cita akan sebuah masyarakat yang adil dan
makmur.
Dalam
mencerminkan kenyataan objektif, ide atau pikiran tidak hanya seperti
sebuah cermin atau alat pemotret yang dapat mencerminkan objek sebagaimana
adanya, tapi dapat juga mengembangkannya lebih jauh; menghubungkan,
membandingkan dengan kenyataan-kenyataan lain lalu menarik
kesimpulan atau keputusan, hingga melahirkan suatu idea untuk merubah
kenyataan itu. Peranan aktif ide ini mendapatkan tempat yang sangat
penting dalam pandangan Materialisme Dialektik, karena motif berpikir
kita pada umumnya untuk memecahkan persoalan atau mengubah
kenyataan, dan tidak hanya sekedar mencerminkan kenyataan begitu
saja.
Meskipun
demikian, ide itu sendiri tidak dapat secara langsung mengubah kenyataan atau
keadaan, dan untuk dapat mewujudkannya ide memerlukan dukungan kekuatan
material. Dan seterusnya kekuatan material inilah yang secara kongkrit mengubah
kenyataan atau keadaan tersebut Gagasan Indonesia tidak akan dapat menjadi
kenyataan apabila tak dapat menghimpun dan menggerakkan Rakyat Indonesia untuk
mewujudkannya. Kegunaaan praktis dari prinsip pertama filsafat Materialisme
Dialektik adalah, bahwa dalam menghadapi suatu persoalan kita harus bertolak
dari kenyataan objektif sebagaiman adanya, bukan dari dugaan atau pikiran
subjektif kita. Dan dengan pengetahuan kita yang lengkap mengenai kenyataan itu
kita baru dapat menyusun suatu ide atau cara yang tepat untuk pemecahannya.
3. Dunia
kenyataan objektip merupakan suatu kesatuan organik.
Dunia
materiil atau kenyataan objektip merupakan suatu kesatuan organik, artinya
setiap gejala atau peristiwa yang terjadi di dunia sekeliling kita, tidak
berdiri sendirian, tapi saling berhubungan satu dengan yang lainnya. seperti
tubuh kita, setiap bagian badan mempunyai saling hubungan dengan bagian badan
lainnya secara tak terpisah.
Oleh karena
itu, sebuah gejala dapat dimengerti dan diterangkan kalau dipandang dalam
hubungannya dengan keadaan-keadaan yang tak terpisahkan dengan gejala-gejala
di sekelilingnya, sebagai gejala-gejala yang ditentukan oleh
gejala-gejala disekitarnya. Pertumbuhan padi hanya dapat dimengerti hanya bila
kita mengetahui saling hubungannya dengan keadaan tanah, air, dan matahari dsb.
yang ada disekitarnya; disamping keadaan saling hubungan antara bagian-bagian
dari pohon padi tadi yaitu, akar, batang, daun, dsb. Saling hubungan antara
gejala-gejala di sekitar kita itu banyak corak dan ragamnya, ada yang langsung
dan ada yang tak langsung; ada saling hubungan yang penting dan yang tak
penting; ada saling hubungan keharusan dan kebetulan dsb. Semua harus
dipelajari dan dapat dibedakan. Terutama saling hubungan keharusan dan yang
kebetulan. Salah satu bentuk saling hubungan kausal atau sebab-akibat. Dan kita
hanya dapat memahami sesuatu hal apabila kita mengetahui sebab dan
syarat-syarat serta faktor yang melahirkan hal-hal tersebut.
Dengan
mengenal baik saling hubungan internal suatu hal-ikhawal, serta saling hubungannya
dengan keadaan sekeliling (ekstern), kita tidak hanya dapat memahami sifat dan
kualitas nya, tapi juga dapat mengetahui hukum-hukum yang menguasai
perkembangannya . Dengan mengenal baik saling hubungan antar klas yang barada
dalam masyarakat kita serta hubungannya dengan dunia sekitar sebagai
keseluruhan, kita dapat memahaami watak masyarakat kita. Materialisme
Dialektika memandang suatu hal ikhwal tidak secara terpisah dari hubungannya
dengan keadaan sekitarnya. Supaya kita saling mengenal baik saling hubungan
kenyataan disekitarnya. sehingga kita dapat mengetahui hukum yang menguasainya.
Dan hanya berdasarkan hukum-hukum yang kita ketahui, kita dapat mengubah hal
ikhwal tersebut.
4. Dunia kenyataan objektip
senantiasa bergerak dan berkembang
Materialisme
dialektis selanjutnya menunjukkan bahwa, dunia materi atau kenyataan objektip
itu senantiasa dalam keadaan bergerak dan berkembang terus menerus. Keadaan
diam atau statis, hanya bersifat sementara atau relatif, disebabkan karena
kekuatan didalamnya serta hubungannya dengan kekuatan-kekuatan yang ada di
sekitarnya dalam keadaan seimbang. Misalnya air dalam satu panci, dalam keadaan
temperatur dan tekanan udara yang bias, nampaknya diam, padahal molukel-molukel
air itu dalam keadaan bergerak, hanya saja dalam kecepatan yang rendah dan
stabil, dan tak dapat dilihat dengan mata telanjang. Demikian juga
kekuatan-kekuatan antara air dengan dinding-dinding panci itu, tapi setelah
panci dipanasi maka gerakan-gerakan molukel air makin cepat hingga makin nampak
geraknya, akhirnya sampai pada 100 derajat celsius. Pecahlah keseimbangan
mereka hingga air berubah menjadi uap dan meninggalkan panci tersebut.
Materialisme
dilalektika tidak hanya berpendapat, bahwa materi itu senantiasa dalam keadaan
bergerak dan berkembang, tapi juga berpendapat bahwa gerak materi itu adalah
gerak sendiri, bukan digerakkan oleh kekuatan di luarnya. Gerak bumi kita
adalah gerak sendiri, bukan digerakkan oleh “gerak pertama”, sebagaimana yang
dikemukakan Newton, Yang pada hakekatnyanya adalah pandangan idealisme — “gerak
pertama” itu digerakkan Tuhan.
Materialisme
Dialektika lebih lanjut menjelaskan. bahwa gerak materi banyak ragamnya, tidak
terbatas pada gerak mekanis saja, yang hanya membawa perubahan kwantitas , juga
bukan gerak lingkaran setan atau gerak berulang-ulang yang tetap. Setiap materi
mempunyai bentuk gerakan sendiri. Berpikirpun merupakan suatu gerak dari materi
tertentu yang kita sebut otak. Sungguhpun gerak mempunyai banyak bentuk, mereka
pada umumnya berada dalam proses perkembangan “tumbuh, hilang berganti”di mana
sesuatu itu senantiasa timbul dan berkembang, dan sesuatu itu senantiasa rontok
dan mati; senantiasa dalam ‘gerak yang maju dan naik’, sebagai peralihan dari
keadaaan kualitatif yang lama ke kualitatif yang baru, perkembangan dari yang
sederhana ke yang rumit, dari yang rendah ke yang lebih tinggi.
Materialisme
Dialektik juga menjelaskan bahwa gerak materi itu tidak tergantung atau
ditentukan oleh keinginan atau kehendak subjektif manusia, melainkan menurut
hukum-hukum yang menguasainya. Setiap hal yang khusus mempunyai hukum-hukum
gerak yang khusus. Hukum perkembangan dunia tumbuhan berlainan dengan hewan;
hukum perkembangan masyarakat desa berlainan dengan yang di kota. Hukum-hukum
gerak itu disebut hukum Dialektika. Disamping hukum-hukum Dialektika yang
berlaku khusus dari hal-hal yang khusus, sudah tentu juga ada hukum-hukum yang
berlaku umum, yang berlaku buat semua hal. Prinsip-prinsip Dialektika secara
praktis mengajar kita agar supaya selalu berpandangan ke depan, jangan selalu
ke belakang, supaya selalu berorientasi pada hal-hal atau kekuatan yang sedang
tumbuh dan berkembang, jangan pada sesuatu yang sedang lapuk atau mati. Dengan
kata lain, supaya kita selalu berpandangan progresip revolusioner.
III.
DIALEKTIKA MATERIALISME
1. Hukum
Dialektika dan metode Dialektika
Apakah
metode Dialektika itu?, Metode ini memandang, menyelidiki dan menganalisa
segala hal-hal yang kongkrit kita hadapi, dengan menggunakan dasar-dasar
hukum-hukum Dialektika yang berlaku secara objektif, oleh karena, metode
Dialektika itu sebetulnya tergantung oleh dua hal subjektif yaitu:
a.
Lengkap tidaknya, tepat tidaknya, pengetahuan seseorang ten tang
hukum Dialektika,
b.
Banyak atau sedikitnya pengalaman dia dalam praktek mengguna kan
metode tersebut, atau dengan perkataan lain sejauh mana
ketrampilan dia menggunakannya.
Dengan
mengetahui secara jernih tentang perbedaan atau hukum Dialektika yang objektif
dengan metode Dialektika yang subjektif, kita dapat memiliki kegunaan secara
praktis sbb:
a.
Kita hendaknya terus melatih pandangan Dialektika materialis
kita, selain dengan rajin mempelajari
teori-teori revo lusioner dan
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan umum secara cermat,
juga dan terutama ikut terjun dalam praksis,
terjun dalam kancah perjuangan massa rakyat revolusioner.
b.
Melatih cara pandang dengan menggunakan metode Dialektika,
meneliti dan menganalisa, memecahkan setiap hal yang kita hadap,
misalnya dengan jalan berusaha mengenal sesuatu hal seobjektif
mungkin dan selengkap mungkin, mengumpulkan data dan mendiskusikannya
dengan kawan-kawan, dengan mengadakan dialog dengan massa
rakyat, memperhatikan pendapat orang lain, mempelajari
tulisan, analisa atau karya-karya ilmiah orang lain, berusaha untuk mampu
mengadakan penyimpulan atau analisa serta menguraikan secara
sistimatis baik dengan lisan maupun tulisan Orang menggunakan
metode Dialektik berdasarkan hukum umum
Dialektik,
sebagai pedoman untuk mendekati, mengenal dan menganalisa
hal-hal yang khusus dan kongkrit, dan untuk menemukan hukum-hukum Dialektik
yang khusus untuk menguasai hal-hal tertentu tersebut. Sifat hukum Dialektik
yang umum itu abstrak, ia merupakan abstraksi dari hukum-hukum
Dialektika yang khusus dan kongkrit, dalam dunia kenyataan yang
kongkrit. Hukum umum Dialektik itu sebenarnya tidak ada, yang ada
hanyalah hukum-hukum Dialektik yang khusus dan kongkrit. Setiap hal atau soal
mempunyai hukum Dialektiknya sendiri yang khusus dan kongkrit.
Karena itu,
memecahkan suatu persoalan tertentu berarti memecahkan atau menemukan dan
memahami secara tepat hukum Dialektikanya yang khusus mengenai persoalan itu.
Sedangkan hukum-hukum yang umum hanyalah pedoman. Seperti apa yang pernah
dikatakan oleh orang-orang revolusioner sepanjang sejarah pergerakan rakyat:
jangan banyak bicara umum dan abstrak, tapi pecahkan sesuatu hal secara khusus
dan kongkrit
2. Hukum umum Dialektika
yang pertama: Kesatuan dari segi-segi yang berlawanan
Dalam
‘Anti Duhring’, Engels mengemukakan tiga hukum umum Dialektika. Hukum
Dialektika yang pertama, Kesatuan dari segi-segi yang belawanan atau
kontradiksi, menunjukkan bahwa gerak dunia materiil atau dunia kenyataan
objektip ada karena segi-segi, faktor-faktor yang berlawanan dalam
dirinya. Oleh karena itu menurut arti sebenarnya, ‘Dialektika adalah studi
tentang kontradiksi di dalam hakekat segala sesuatu itu sendiri’.
Dengan kata
lain hukum kontradiksi itu adalah jiwanya Dialektika. Tanpa adanya
kontradiksi intern, berarti tidak ada gerak dan perkembangan. berarti tidak ada
hal ikhwal itu sendiri.
a.
Pengertian tentang Kontradiksi.
Dalam
pengertian filsafat, sangatlah luas, tidak sebatas pada segi-segi yang saling
berlawanan atau bertentangan , tapi segi yang berlainan dan berbeda sekalipun
termasuk dalam kontradiksi.
b.
Keumuman kontradiksi
Ada dua
pengertian: pertama, bahwa di dalam segala hal terdapat segi-segi yang
berkontradiksi. Kedua, bahwa di dalam segala hal dalam seluruh proses
perkembangannya, dari satu tingkat ke tingkat yang lain selalu terdapat
kontradiksi di dalamnya. Setelah satu kontradiksi pada suatu tingkat
perkembangan selesai, timbullah kontradiksi baru pada tingkat perkembangan yang
baru. Begitu seterusnya tiada habis-habisnya. Arti praktis dari pengertian
keumuman kontradiksi ini adalah bahwa kita tak boleh melarikan diri dari
kontradiksi atau persoalan, bahwa kita tak boleh merasa jemu atau jera
menghadapi dan memecahkan kontradiksi (persoalan). Di dunia ini tidak ada satu
hal atau masalah yang dapat dengan satu kali diselesaikan untuk
selama-lamanya, tanpa timbul persoalan baru.
c. Kekhususan kontradiksi
Mempunyai
dua pengertian, pertama bahwa di dalam setiap hal terdapat kontradiksinya
sendiri secara khusus, yang berbeda dengan kontradiksi di dalam hal yang lain.
kedua, bahwa suatu hal dalam proses perkembangannya, maka di setiap tingkat
perkembangannya terdapat kontradiksinya yang khusus, sehingga kita dapat
membedakan tingkat perkembangannya yang satu dengan yang lain. Misalnya dalam
proses perkembangan kupu-kupu, kontradiksi yang terkandung pada tingkat perkembangannya
sebagai telur berbeda dengan yang pada tingkat perkembangannya sebagai ulat,
dan seterusnya. Pengertian ini mempunyai arti praktis, bahwa sekali lagi kita
dalam mengenal dan memecahkan persoalan harus secara kongkrit, tidak boleh
secara umum dan garis besar saja, tidak boleh asal menjiplak saja. Cara
pemecahan suatu persoalan tertentu tak dapat digunakan mentah-mentah untuk
memecahkan persoalan yang lain. Demikian juga pemecahan untuk suatu tingkat
perkembangan tertentu dari suatu persoalan tak dapat dipakai begitu saja untuk
pemecahan tingkat perkembangannya yang lain.
d. Kontradiksi dasar.
Dalam suatu
materi atau kenyataan objektif terdapat lebih dari satu kontradiksi .
Kontradiksi atau kontradiksi-kontradiksi yang menentukan kualitas suatu materi
atau kenyataan objektif, atau dengan perkataan lain, yang menentukan adanya
materi atau kenyataan objektif itu, disebut kontradiksi atau
kontradiksi-kontradiksi dasar. Perubahan kontradiksi dasar berarti
terjadi perubahan dari kwalitas yang satu menjadi kwalitas yang lain, berarti
terjadinya suatu perubahan dari suatu materi pertama menjadi materi yang lain.
Misalnya, Penghisapan kaum kapitais terhadap kaum buruh merupakan suatu
kontradiksi dasar dari masyarakat kapitalis, dan dengan lenyapnya kontradiksi
itu berarti lenyaplah pula masyarakat kapitalis yang berubah menjadi masyarakat
yang lain.
Arti
praktis dari pengertian ini ialah, kita hanya bisa mengambil sesuatu hal dengan
baik, apabila kita mengetahui dengan jelas apa kontradiksi dasarnya. Hanya
dengan demikian kita akan mengetahui dengan jelas pula suatu hal itu mengalami
perubahan yang kualitatif ataukah tidak, juga dengan hanya demikian kita baru
bisa mengusahakan untuk mengubahnya.
e. Kontradiksi Pokok atau kontradiksi
utama
Pada setiap
tingkat perkembangan sesuatu hal, tidak semua kontradiksi yang terkandung
memainkan peranan yang sama. Dianta-ranya pasti ada satu dan hanya satu
kontrdiksi yang mamainkan peranannya yang paling menonjol. Kontradiksi ini
disebut kontradiksi pokok atau utama. Misalnya, kontradiksi antara rakyat
Indonesia (terutama rakyat pekerja) dengan kaum penjajah kolonial sebelum
kemerdekaan 45 merupakan kontradisi pokok dalam masyarakat Indonesia pada tahap
itu. Arti praktis dari ini adakah bahwa kita harus dapat mengenal kunci persoalan
atau kontradiksi pokok ini, maka kontradiksi-kontradiksi lainnya dapat
diselesaikan dengan lebih mudah. Tanpa memecahkan kontradiksi antara rakyat
Indonesia dengan penguasa kolonial, kita tidak akan dapat me- nyelesaikan
kontradiksi antara kaum petani dengan tuan-tuan feudal, suatu klas yang
dipertahankan oleh sistim kolonial.
f. Mutasi
Kontradiksi
pokok itu tidak tetap kedudukannya. dalam keadaan dan syarat tertentu bisa
diambil alih oleh kontradiksi yang tadinya bukan pokok. Pergeseran atau
pergantian ini disebut mutasi kontradiksi pokok .Misalnya kaum imperialis
pernah berusaha agar kontradiksi antar daerah atau suku bermutasi menjadi
kontradiksi pokok di Indonesia, hingga bangsa kita dapat dipecah belah dan
tetap mereka kuasai. Arti praktisnya ialah, bahwa kita harus mengenal baik
keadaan atau syarat-syarat yang dibutuhkan oleh suatu kontradiksi hingga
dapat bermutasi menempati kedudukan sebagai kontradiksi pokok. Hanya dengan
demikian kita baru dapat mendorong/mempercepat atau sebaliknya
mencegah/menghambat terjadinya mutasi itu. Hanya dengan mengetahui dengan jelas
dan tepat syarat-syarat yang diperlukan telor ayam untuk mendapat menetas
menjadi anak ayam, maka manusia dapat menciptakan mesin penetas.
g. Kedudukan dua segi dalam suatu
kontradiksi.
Dua
segi yang berkontradiksi itu tentu berbeda kualitasnya. diantaranya pasti akan
ada yang mewakili kekuatan lama, yang tak mempunyai hari depan, dan segi
lainnya mewakili kekuatan baru atau yang sedang tumbuh. Kedudukan mereka dalam
proses perkembangan adalah tidak sama pula. Segi lama yang nampak besar dan
kuat pada awal perkembangan kontradiksi itu menempati kedudukan yang menguasai
dan yang memimpin. Sebaliknya segi yang baru yang semula nampak masih kecil dan
lemah, berkedudukan sebagai yang dikuasai dan yang dipimpin. Tapi dalam
perkembangan selanjutnya segi baru itu berkembang besar dan makin kuat. sedang
segi lama makin lemah dan makin lapuk sehingga suatu saat segi baru yang
berkedudukan dipimpin berkembang dan bermutasi menjadi yang memimpin. Ini
berarti arah perkembangan kontradiksi itu mengalami perubahan. Kalau tadinya ke
kanan misalnya, sekarang ke kiri. Lebih lanjut, segi baru yang tadinya dikuasai
sekarang bermutasi ke tempat yang menguasai. Dengan perkataan lain, terjadi
perubahan kwalitatip, hal yang lama berubah menjadi yang baru.
Arti
praktis dari pengertian itu adalah kita harus selalu berusaha mengenal
sebaik-baiknya segi-segi yang berkontradiksi. Baik kualitasnya, maupun
kedudukan atau posisinya dalam proses perkembangannya. Jadi kalau kita mau
mengalahkan musuh-musuh rakyat yang tertindas, kita harus mempelajari mendalam
mengenai segi-segi dan keadaan musuh dan posisinya, dan dari pihak kita
sendiri. Disamping itu, bagi kita yang menginginkan perubahan dan pembebasan,
harus selalu berorientasi pada kekuatan-kekuatan yang sedang tumbuh, yang
mempunyai hari depan dan syarat-syarat yang diperlukan bagi
perkembangannya, agar kita membantu mempercepat pertumbuhannya.
h. Kesatuannya relatif,
pertentangannya mutlak
Apabila kita memperhatikan dua segi dalam suatu kontradiksi maka kita
dapat melihat, bahwa dua segi itu sejak dari awal sampai akhir proses
perkembangannya selalu bertentangan satu sama lainnya, selalu dalam perjuangan
mengenyahkan lawannya tanpa syarat. Artinya pertentangan dua segi itu
adalah mutlak, tak peduli dalam keadaan bagaimanapun juga. Kesatuannya bisa
terjadi karena kedua segi itu berbeda kualitasnya, dan menempati
kedudukan yang berbeda pula dalam kesatuan itu, ada yang menguasai dan
ada yang dikuasai. Dan hal ini dikatakan bersifat sementara karena dalam
perkembangannya kedua segi itu akan terjadi mutasi, yang semula dikuasai akan
menguasai, sehingga terjadi perubahan kwalitatip, kesatuan yang lama diganti
dengan kesatuan yang baru.
Pengertian
ini berarti, sikap kompromi dengan musuh itu relatif sementara (taktis),
sedangkan perjuangan melawan musuh itu mutlak (strategis), tetap berlangsung
terus, bervariasi dalam bentuk dan bidangnya.
i. Antagonisme
Dalam
kontradiksi hal ini mempunyai dua pengertian: pertama, menurut wataknya ada
yang antagonistik, misalnya kaum buruh dan kaum kapitalis, buruh tani lawan
tuan-tuan feodal, yang langsung berlawanan kepentingannya. Ada pula kontradiksi
yang non-antagonistik.
Kedua,
menurut bentuknya perjuangan dari kedua segi yang berkontradiksi ada yang
bersifat antagonistik dan ada yang non-antagonistik. Yang dimaksud dengan
perjuangan yang non-antagonistik itu adalah perjuangan yang terbuka dan dengan
kekerasan. Misalnya perjuangan kaum buruh melawan majikan selama masih dalam
bentuk pernyataan protes dan berunding di meja perundingan, atau bahkan
merupakan pemogokkan dengan tata tertib, masih dapat digolongkan dalam bentuk
perjuangan yang antagonistik. Tetapi kalau sudah terjadi pengambil alihan
pabrik atau penindas dan dari majikan dengan kekerasan sehingga terjadi
perkelahian, maka perjuangan tersebut disebut perjuangan yang antagonistik.
Kontradiksi yang menurut wataknya antagonis belum tentu harus sudah mengambil
bentuk perjuangan yang antagonistik, dapat jua masih mengambil bentuk
perjuangan yang non antagonistik. Misalnya kontradiksi antara rakyat dan
musuh-musuh rakyat, menurut watak-nya adalah antagonistik. Namun bentuk
perjuangannya dalam proses perkembangan masih bisa bersifat non-antagnistik
misalnya aksi-aksi reform. jadi tidak mutlak sudah harus angkat senjata
atau dengan kekerasan. Semua tergantung pada kondisi dan situasi serta
syarat-syarat kongkrit yang ada. Akan tetapi pada tingkat terakhir di tingkat
perkembangannya, pada pokoknya secara mutlak mengambil perjuangan antagonistik.
Karena tidak ada penguasa yang rela menyerahkan kekuasaannya dengan suka rela,
malah mereka akan mempertahankan dengan kekerasan.
Pengertian
ini mengingatkan kita supaya kita pada satu pilihan memperkuat persatuan kita
dengan kelompok progresif lainnya dengan menciptakan dan mempertahankan
syarat-syarat yang diperlukan. Dipihak lain kita harus berusaha supaya musuh
terus terpencil dari sekutunya dan memperlemah persatuan mereka.
Disamping
itu kita harus melihat dengan cermat, bahwa pada keadaan yang
bagaimana kita akan mengambil bentuk perjuangan yang antagonistik
atau non-antagonistik dalam menghadapi musuh.
3. Hukum umum Dialektika ke dua
:
Perubahan kuantitatif ke
perubahan kwalitatif
Hukum umum
Dialektika yang kedua ini menyatakan, bahwa proses perkembangan dunia material
atau dunia kenyataan objektip terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah
perubahan kuantitatif yang berlangsung secara perlahan, berangsur atau
evolusioner. Kemudian meningkat ketahap kedua, yaitu perubahan kualitatif yang
berlangsung dengan cepat, mendadak dalam bentuk lompatan dari satu keadaan ke
keadaan lain, atau revolusioner. Perubahan kuantitatif dan perubahan kualitatif
merupakan dua macam bentuk dasar dari segala perubahan. Segala perubahan yang
terjadi dalam dunia kenyataan objektif itu kalau bukan dalam bentuk
perubahan kuantitatif, maka dalam bentuk kualitatif.
a. Pengertian tentang kuantitas,
Adalah
jumlah dalam arti seluas-luasnya tidak terbatas mengenai ruang (banyak-sedikit,
besar-kecil, panjang-pendek, tebal-tipis) dan waktu (lama-sebentar,
cepat-lambat) saja tapi juga mengenai pikiran dan perasaan (tinggi-rendahnya
kesadaraan politik, kuat-lemahnya keyakinan atau kepercayaan, dalam-dang-kalnya
pengetahuan, besar-kecilnya minat atau pengetahuan) sebagai contoh:
Kwantitas-kwantitas
tertentu yang dimiliki seorang juara bulu tangkis, selain kuat keadaan
fisiknya, stamina, cepatnya gerak, pengalaman bertanding dan latihan dll.
Demikian pula bagi seorang kader revolusioner, selain ketentuan-ketentuan
formal dalam konstitusi organisasi, seperti umur dan masa calon anggota,
maka yang terpenting lainnya ialah kesadaran klas dan kesadaran politik, yang
hal itu terbentuk dari aktivitasnya dalam keterlibatan dalam perjuangan massa
rakyat pekerja, dan semangat juangnya yang tinggi. Dari uraian diatas maka
dapat dilihat bahwa kuantitas dan kualitas itu tak dapat dipisahkan satu sama
lain, kuantitas tertentu membentuk kualitas tertentu pula.
b. Pengertian tentang kualitas,
Adalah ciri yang membedakan hal yang satu dengan yang lain. Kita dapat
membedakan minyak dari air, demikian jua kita dapat membedakan antara kaum
buruh dan kaum tani, antara desa dan kota, karena kualitas mereka berbeda satu
dan lainnya. Telah dinyatakan, bahwa kuantitas-kuantitas tertentu yang dimiliki
oleh sesuatu hal membentuk dan menunjukkan kualitas tertentu dalam sesuatu hal
itu. misalnya, antara ormas kaum buruh dan partai politik klas buruh,
mempunyai ketentuan susunan intern yang berlainan, antara lain adalah
keterikatan para anggota dari organisasi massa kaum buruh itu berdasarkan
terutama pada kepentingan sosial ekonominya, sedangkan dalam partai buruh,
sangat berdasarkan pada cita-cita politiknya. Ketentuan susunan intern mereka
secara praktis dinyatakan selengkapnya dalam anggaran dasar organisasi mereka
masing-masing dan aktivitas mereka sehari-hari dalam mewujudkan program
mereka masing-masing. Jelas kiranya bahwa kualitas yang mencirikan sesuatu hal
itu adalah pernyataan dari ketentuan susunan internnya.
c. Perubahan kuantitatif
Perubahan
kuantitatif seperti telah dikemukakan berlangsung secara perlahan-lahan
dan tidak menyolok. selama dalam proses perubahan kuantitatif tersebut,
kualitasnya nampak tidak berubah. Keadaan itu disebut kemantapan relatip
kualitas.
Keadaan
kemantapan relatip kualitas tersebut mempunyai batas tertentu. Bila perubahan
kuantitatif melampaui batas itu maka rusaklah kemantapan relatip kualitas itu
yang berarti kualitasnya mengalami perubahan. Misal, seceret air dibawah
tekanan udara biasa, apabila penambahan suhunya tidak melampaui batas 100
derajat celcius, cirinya sebagai cairan masih dapat dipertahankan, tapi bila
perubahan suhu melampaui batas itu, maka kualitas cairan mengalami perubahan
menjadi uap. Demikian pula perkembangan rakyat revolusioner bila melampaui
batas tertentu, akan menjadi suatu revolusi sosial, hingga kualitas masyarakat
lama akan disingkirkan oleh masyarakat baru . Oleh karena itu dalam proses
perubahan kuantitatif, kualitas nampaknya tidak mengalami perubahan apa-apa,
maka seakan-akan perubahan kuantitatif itu tak ada hubungannya dengan kualitas.
Dari uraian singkat diatas kita dapat melihat bahwa perubahan kuantitatif
adalah persiapan untuk perubahan kualitatif, atau dengan kata lain, bahwa
perubahan kualitatif menyelesaikan atau mengakhiri perubahan kuantitatif yang
sedang berlangsung, dan menimbulkan atau melahirkan perubahan-perubahan
kuantitatif yang baru.
Hal yang
sangat sederhana ini perlu ditandaskan karena ada sebagian orang hanya mau
mengakui perubahan kuantitatif saja tetapi tidak mengakui adanya perubahan
kualitatif. Mereka berpendapat di dunia ini tak ada perubahan yang melahirkan
hal yang baru, karena menurut mereka anak ayam itu sejak semula telah berada di
dalam telur hanya saja masih terlalu kecil dan tersembunyi di dalam telur
hingga tak dapat kita lihat. Kemudian setelah mengalami perubahan kuantitatif,
ia tumbuh semakin besar hingga pada saat ia mampu memecahkan kulit dinding
telur yang melindunginya dan menampakkan dirinya di dunia ini. Demikian juga
kata mereka, bahwa penindasan dan penghisapan oleh manusia atas manusia sudah
ada sejak adanya manusia di bumi ini. Kalau semula penindasan dan penghisapan
itu dilakukan dengan cara primitif, sederhana, terbuka dan tidak intensif, tepi
setelah mengalami perubahan-perubahan kuantitatif maka penghisapan mengambil
bentuk yang terselubung, halus dan makin intensif.
Pandangan
metafisik (non-dialektis) semacam ini dapat menyesatkan kita. Dia merupakann
basis filosofis kesalahan-kesalahan reformis di dalam bidang politik, hingga
membuat orang merasa puas dengan hanya perubahan-perubahan reformis atau
perbaikkan tambal sulam rakyat pekerja, tanpa menghendaki adanya pembebasan
rakyat pekerja dari penghisapan manusia lainnya, tidak menghendaki adanya
perubahan revolusioner untuk mengubah sistim masyarakat penindasan. Sudah tentu
pandangan filosofis semacam ini menguntungkan dan dipelukan oleh klas-klas
penghisap dalam mempertahankan kekuasaan dan penghisapannya. Padahal, satu abad
yang lalu Hegel telah mengemukakan dengan tepat, bahwa peralihan dari alam yang
tak berperasaan ke alam berperasaan, dari alam an-organik ke alam kehidupan
organik, merupakan lompatan keadaan yang baru sama sekali.
Pernyataan
Hegel ini bukanlah spekulatif, melainkan berdasarkan pada hasil-hasil
pengembangan ilmu pengetahuan pada waktu itu, baik ilmu alam maupun ilmu
sosial. Masyarakat komune primitif waktu itu belum mengenal penghisapan manusia
oleh manusia dan masyarakat penghisapan ini baru lahir setelah komune primitif
ini mengalami keruntuhannya, dimana kerja seseorang dengan alat-alat kerja yang
relatif lebih maju dapat menghasilkan hasil lebih, sehingga memungkinkan
terjadinya penghisapan atas manusia oleh manusia dan melahirkan sistim
pemilikan budak.
Dengan memiliki
pengertian, bahwa perubahan-perubahan kuantitatif menyiapkan suatu perubahan
kualitatif yang revolusioner, maka kita tak akan mudah terjebak oleh
teori-teori seperti: kapitalisme kerakyatan, negara kapitalis yang berorientasi
sosialis, perkembangan kapitalisme ke sosialisme secara damai, memperjuangkan
masyarakat industri yang non-kapitalis dan non-sosialis dan sebagainya, yang
dijajakan oleh teoritikus-teoritikus borjuis dan revisionis.
Sebagaimana selalu diingatkan oleh pejuang-pejuang besar revolusi, bahwa klas
penghisap yang berkuasa tak akan pernah dengan sukarela menyerahkan
kekuasaannya, bahwa rakyat tertindas harus melakukan perjuangan revolusioner
untuk membebaskan dirinya.
d. Perubahan kualitatif
Sebagaimana
telah dikemukan sebelumnya bahwa perubahan kualitatif itu terjadi secara
mendadak, cepat dalam bentuk lompatan dari satu keadaan ke satu keadaan
lainnya. Sedikit mengulangi tentang telur ayam selama dalam proses perubahan
kualitatif dalam masa pengeraman, cirinya yang berbentuk telur itu nampak tepat
tak berubah, masih tetap bertahan, atau masih dalam kemantapan relatif. Tetapi
begitu perubahan kuantitatif melampaui batas relatif kualitasnya, terjadilah
perubahan kualitatif dengan mendadak. Perubahan kuantitatif yang berlangsung dalam
telur itu segera berhenti atau terputus, kemantapan relatif kualitasnya sebagai
telur tak dapat dipertahankan lagi dan lenyap seketika itu juga. Sebagai
gantinya muncullah anak ayam yang ciri atau kualitasnya berlainan dengan telur
tadi. Demikianlah kita melihat perubahan dari telur ke anak ayam itu merupakan
suatu lompatan yang disebut keterputusan kesinambungan. Artinya terputusnya
keadaan kesinambungan perubahan kuantitatif atau kemantapan relatif
kualitasnya. Mengenai perubahan kualitatif ini, Engels di dalam bukunya
“Dialektika alam” mengemukan bahwa “kimia boleh dikatakan ilmu tentang
perubahan kualitatif yang terjadi dalam benda sebagai akibat perubahan
kuantitatif komposisinya. Contohnya oksigen atau zat asam apabila molekul itu
terdiri dari 3 atom dan bukan 2 sebagaimana biasanya maka kita mendapatkan ozon
yaitu suatu benda yang dalam hal bau dan reaksi kimianya sangat berlainan
dengan zat asam biasa. “
Kelanjutannya,
oleh karena perubahan kualitatif itu terjadi secara mendadak, merupakan
lompatan dari suatu lompatan keadaan ke keadaan lainnya, atau terputus sama
sekali kesinambungannya dengan keadaan sebelumnya, maka ada sementara orang
mengira bahwa perubahan kualitatif itu terlepas dari perubahan kuantitatif, tak
ada hubungan sama sekali dengan kuantitas atau perubahan kuantitatif.
Mereka tak mau mengeakui perubahan kuantitatif, dan hanya mengakui perubahan
kualitatif saja. Meletusnya gunung krakatau satu abad yang lampau hingga gunung
tenggelam ke dasar laut, menurut mereka, merupakan perubahan kualitatif yang
mendadak tanpa melalui perubahan kuantitatif. Demikian juga mereka
menganggap, misalnya meletusnya revolusi ’45 terjadi secara mendadak dalam
momentum yang kebetulan, sama sekali tak ada hubungannya dengan
perubahan-perubahan kuantitatif sebelumnya, yang berupa gerakan massa rakyat.
Katanya lagi, ibarat meletusnya sebuah petasan, yang hanya dengan menyulut
sumbunya saja (maksudnya, cukup dengan agitasi atau menghasut massa rakyat)
Pandangan
ini juga suatu jenis metafisik, yang dapat menyesatkan kita dengan melakukan
kesalahan-kesalahan avonturis dibidang politik, misalnya kendak menyelesaikan
suatu revolusi sosial dengan kudeta militer atau avonturisme militer. Padahal
pejuang-pejuang besar revolusi, selalu mengingatkan kita bahwa revolusi adalah
urusan dan karya rakyat, merupakan puncak dari perjuangan rakyat untuk
membebaskan dirinya. Rakyat pekerja tak akan dapat dibebaskan oleh siapapun,
kecuali oleh perjuangan mereka sendiri. Kesadaran politik dan organisasional
pada rakyat sangat menentukan sebuah revolusi rakyat.
Telah
diketahui, bahwa setiap perubahan yang terjadi dalam kuantitas dengan
sendirinya menimbulkan perubahan juga dalam kualitas. Sebagai contoh, air yang
dipanasi sehingga suhunya meningkat, perubahan kuantitatif ini dengan sendirinya
menimbulkan perubahan dalam kualitas atau cirinya. Sebagaimana dapat kita
saksikan, misalnya gerak molukel makin cepat, daya kohesi antar molukel makin
longgar, hingga kita dapat membedakan air panas dan air dingin. Akan tetapi
perubahan semacam ini tidak termasuk dalam pengertian perubahan kualitatif.
Materialisme Dialektika
Berbarengan dengan cara pandang materialis dan pengetahuan ilmiah bergerak maju
dan menjadi penting pada waktu kebangkitan kapitalisme (abad 17 dan 18)
Materialisme mengambil bentuk Materialisme mekanis. Yakni, bahwa alam dan
masyarakat dilihat sebagai sebuah mesin raksasa dimana bagian-bagiannnya
bekerja secara mekanis. Pandangan ini memudahkan orang memahami bagian-bagian
dari sesuatu hal dan bagaimana mereka “bekerja”, tetapi hal ini tidak mampu
menjelaskan asal-usul dan perkembangan sesuatu hal.
Namun
demikian, akibat perkembangan masyarakat yg cepat pada saat itu, perubahan
sesuatu hal tidak bisa diabaikan begitu saja. Ilmu Alam pada jamannya Marx dan
Engels membuat lompatan besar dalam memahami perkembangan, memahami
perubahan dan transformasi dalam tubuh alam. satu contoh kunci soal ini
adalah teori Evolusi Darwin, yang memperlihatkan bagaimana bentuk-bentuk
kehidupan bergerak, berubah secara kualitatif sepanjang beberapa tahun. Ilmu
Alam kemudian mulai menggunakan konsep Dialektika (paling kurag secara
implisit), menegaskan kembali perkembangan, kontradiksi dan transformasi dalam
memahami materi dan kehidupan. Seperti yg ditulis oleh Engels,
“ alam
adalah batu uji Dialektika, dan harus dikatakan bahwa ilmu pengetahuan modern
sudah melampaui ujian ini dengan bahan-bahan yng sangat kaya dan melimpah, dan
dengan demikian memperlihatkan bahwa pada bagian yg menentukan alam bekerja
secara Dialektik...” ( Anti-Duhring)
MD (10)
Namun
demikian, perubahan dan perkembangan bukan saja konsep yang penting ntuk
memahami alam, tetapi konsep-konsep ini secara sadar bisa diterapkan atas
seluruh area kenyataan, khususnya, pekrmbangan masyarakat. Marx dan Engels
mewarisi periode kamjuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan dari filsafat Dialektik
hegel (yang secara berat dipengaruhi oleh idelisme) dan merumuskan pandangan
Dialektika materislis secara sistematik.
Prinsip
Dialektika dijabarkan dari analisa bagaimana dunia sebenarnya berkembang; jadi bukan
sekadar jatuh dari pikiran orang. Jadi Dialektika bukanlah skema yg dipaksakan
atas kenyataan, tapi ia merupakan seperangkat prinsip-prinsip ilmiah untuk
memudahkan orang memahami kompleksitas perubahan dan perkembangan.
Metode
Dialektika hanya dapat dipahami dalam pertentangannya dengan cara pandang
metafisik. berikut ini diringkaskan ciri-ciri pokok Dialektika dan
melawankannya dengan cara pandang metafisik.
(1) Inter-koneksi atau saling
hubungan.
Dunia
merupakan kesatuan, keseluruhan yg saling berhubngan dimana semua hal saling
berkaitan dan bergantung. Sebaliknya, metafisika melihat bahwa dunia sebagai
kumpulan hal yg berdikari, independent, terpisah.
Seorang MD
dan metafisika, seabagai misal akan mengambil pendekatan yg berbeda dalam
memahami seorang individu. Seorang metafisika akan bertanya apa yg dipirkan
orang itu, apa aktivitas mereka, bagaimana penampilannya, apa yg mereka sukai
dan apa yang tidak disukai, dan seterusnya. tetapi seorang MD akan berusaha
memahami orang tersebut dengan memeriksa hubungannya dengan orang lain dan
dunia sekitarnya dan memperlihatkan pengalaman orang tersebut sebagai bagian
dari keluarga tertentu, klas tertentu, ras dan masyarakat tertentu.
Arti
penting pendekatan yg berbeda-beda ini adalah bahwa jika metode MD
memudahkan menemukan mengapa sesuatu itu dengan menganalisa konteks darimana
mereka muncul dan saling hubungan dengan sesuatu yg lain; sementara itu seorang
pendekatan metafisika hanya menjelaskannya pada tingkat menggambarkan sesuatu
sebatas dari dirinya sendiri.
(2) Materi
Materi
selalu dan terus-menerus dalam gerak. Dunia ini ada dalam keadaan gerak dari
dia ada, berkembang, berubah dan lenyap. Metafisika memandang bahwa dunia ada
dalam keadaan diam, segala sesuatu statik, diam, tetap dan tak berubah.
Jadi MD dan
metafisika memiliki pandangan yg berlawanan mengenai kapitalisme yg permanen.
Perbedan ini jelas menunjukkan pendirian konsevatif metafisika dan pendirian
revolusioner dari Dialektika. Pendekatan metafisika secara implisit
mempertahankan bahwa “tak ada sesuatu pun yang berubah di dunia ini” dan “ini
adalah dunia yg terbaik dari semua kemungkinan yg ada” dalam pandangannya atas
kapitalisme sebagai sistem yg permanen. Ini semua menyatakan bahwa pemilikan
pribadi dan persaingan bebas sebagai kebal-nilai (tak dapat dibantah), dan
bahwa nilai-nilai ini berasal dari kualitas sifat manusia seperti persaingan,
ketamakan dsb. MD mempunyai pandangan yang panjang dan obyektif atas bentangan
sejarah dan mengakui bahwa kapitalisme tidak selalu ada, dan bahwa ia telah
mendominasi dunia selama ratusan tahun, dan selanjutnya ia dalam proses
digantikan oleh sosialisme. Tidak ada satupun sistem sosial yg permanen, apa
yang tetap adalah perkembangan dan transformasi masyarakat secara terus
menerus.
(3) Kontradiksi
Kontradiksi
internallah yg secara mendasar menentukan pertumbuhan dan perkmbangannya.
faktor-faktor ekternal dan kekuatan-kekuatan luar meletakkan kondisi material
bagi sesuatu hingga ia berkembang, tetapi tidak menentukan watak mendasar
sesuatu, dan bukan merupakan penyebab pokok geraknya.
Menegaskan
kontradiksi internal sebagai dasar perkembangannya berarti melihat sesuatu
sebagai “persatuan dari aspek-aspek yg berlawanan” dimana keduanya saling
berlawanan dan bersatu, dan pertarungan adalah sumber dari gerak sesuatu. Jadi
kapitalisme terdiri dari kesatuan dari hal-hal yg berlawanan , yakni kaum
borjuis dan kelas pekerja. Di bawah kapitalisme, dua klas ini adalah tergantung
satu sama lain, yaitu memiliki kepentingan yang berlawanan dan karena itu
terlibat dalam perjuangan klas yg terus-menerus. Pertarungan antara klas dalam
masyarakat kapitalis ini yang menyebabkan perkembangan dan transformasinya.
Hanya
dengan memahami persatuan dan perjuangan dari aspek-aspek internal yang saling
berlawanan ini barulah kita bisa paham mengapa sesuatu terus berubah.
Ini akan
jadi jelas jika kita kontraskan dengan metafisika yang melihat sesuatu sebagai
kesatuan dalam dirinya sendiri dan menjelaskan terjadinya perubahan sebagai
akibat faktor-faktor luar. Misalnya, kaum borjuis menggunakan metafisika
untuk menjelaskan revolusi di dunia tertindas sebagai akibat “Iblis kekaisaran
Soviet”, atau akibat campur tangan luar komunis subversif. Tentu saja, ini
adalah penolakan menyeluruh atas kontradiksi internal dalam masyarakat-masyarakat
tersebut yg menyebabkan revolusi.
(4) Kuantitas ke dalam kualitas
Sesuatu
(barang atau peristiwa) berkembang melalui perubahan secara kuantitatif
yg pada umumnya bertahap dan secara halus; dan secara kualitatif berubah secara
sekonyong-konyong yang merubah menjadi sesuatu yang baru. Perubahan kualitatif
merupakan hasil akumulasi/penumpukkan perubahan kuantitatif dan membawa
perkembangan progresif dari sesuatu yang lama/tua menjadi baru, dan dari
sederhana menjadi kompleks.
Metafisika,
pada tingkat tertentu mengakui perubahan, hanya melihat perubahan
kuantitatif dimana sesuatu tumbuh menjadi lebih besar, lebih kecil, lebih
kuat, lebih lemah dsb, dan masa lalu mengulangi dirinya sendiri. pandangan
metafisika menolak perubahan kualitatif yang merubah sesuatu dan mendorong maju
menjadi sesuatu yang baru.
Perubahan
Dialektik yang bergerak dari kuantitas ke kualitas niscaya terjadi dalam banyak
bidang. Esai Stalin menyebutkan hal ini, termasuk contoh yg menyolok mata
adalah evolusi. melewati adaptasi dan perkembangan selama ratusan tahun,
spesies awal berubah secara kualitatif menjadi spesies baru , homo sapiens atau
manusia. Dalam kehidupan sehari-hari dari perubahan kuantitas ke kualitas,
contohnya adalah bagaimana air, secara bertahap berubah menjadi lebih panas
atau lebih dingin (perubahan kuantitas) berubah menjadi uap atai es (berubahan
secara kualitas).
Dan dalam
soal masyarakat juga terdapat jurang perbedaan yang memisahkan pandanagan
metafisika yg konservatif dengan pandanagn Dialektika yg revolusioner mengenai
bagaimana dunia berubah. Sudah tentu, dalam dunia sosial perubahan terjadi
tidak secara otomatis sifatnya, sebagaimana terjadi dalam alam. Perubahan
sosial disebabkan oleh rakyat melalui aksi dan saling aksi. Jadi, pandangan
rakyat yg menentukan apa jenis perubahan dan bagaimana dilakukan, dibentuk oleh
kondisi sosial mereka dan kedudukan klasnya.
Cara
pandang metafisika klas berkuasa perubahan revolusioner dan kualitatif dalam
perubahan masyarakat dan berpendirian bahwa perubahan secara bertahap, gradual,
perubahan kuantitaif lah yang diperlukan untuk mengembangkan dan menyempurnakan
masyarakat kapitalis sekarang ini.
Pandangan
MD dari klas pekerja, dipihak lain, memandang perubahan kualitatif,
revolusioner sebagai puncak perjuangan untuk mengembangkan medan memajukan
masyarakat. Kehendak revolusi bukan untuk menyempurnakan kapitalisme, melainkan
untuk menggantikannya dengan sosialisme.
MD (16)
Relevansi pertarungan antara
Dilektika dan Metafisika dengan Perjuangan kelas.
Contoh-contoh
sebelumnya sudah mnggambarkan bagaimana pandangan metafisika atas masyarakat
mewakili kepentingan kaum borjuis. Hal ini tidak mengejutkan karena
keinginannya (dan juga klas-klas berkuasa sebelumnya) untuk mamamerkan
kepentingan klasnya sebagai permanen dan tak berubah. Klas borjuis tak pernah
henti-hentinya menganjurkan cara berpikir metafisika kepada klas pekerja,
sebagai usaha untuk membuktikan bahwa sistem kapitalis berharga dan permanen
dan menyingkirkan adanya pertentangan klas.
Cara
berpikir metafisika juga menyusup ke dalam gerakan revolusioner sendiri, dalam
bentuk pikiran yang menganjurkan jalan damai, reformis dan evolusioner dari
kapitalisme ke sosialisme. Mereka ini gagal dan tidak mengakui bahwa revolusi
sosialis sebagai perubahan kualitatif bagi masyarakat kapitalis.
Bagi kelas
pekerja, Dialektika merupakan alat penting untukmemahami mengapa dunia seperti
sekarang ini, menganlisanya bagaimana ia berubah dan mengerti bagaimana rakyat
yang sadar bisa merubahnya.
KESIMPULAN
Sebelum
pendirian MD oleh Marx, bentuk materialis yang ada adalah pandangan yang
mekanis, non-Dialektika, dan Hegel, seorang Dialektikus, menganjurkan versi
idealis dari Dialektika. Kaum filsuf tidak mampu mengembangkan materislisme
yang konsisiten dan meneyeluruh karena pada analisa akhir, mereka menerima
pandangan borjuis yang ada. Mereka tidak sudi melihat secara lengkap, termasuk
privelese klas, hak milik perorangan dan ketimpangan sosial sebagai faktor bagi
perubahan sosial.
Marx dan
Engels akhirnya berhasil mengembangkan sintesis Materialisme dan Dialektika
sebab mereka mendasarkan filsafatnya pada aspirasi revolusioner dan cara
pandang klas pekerja. kelas pekerja memiliki kepentingan dalam memahami
masyarakat sebagaimana adanya “tanpa terkecuali” dan sebuah klas untuk
perubahan, termasuk perubahan revolusioner, dapat menjadi kekuatan pembebas.
MD adalah
filsafat revolusioner klas pekerja. Ia memberikan arah umum bagi dunia dan
peranan manusia dan menyediakan seperangkat prinsip-prinsip ilmiah untuk
menjawab masalah-masalah politik dan parktis; namun demikian ia menyediakan
kerangka yang pasti untuk memperoleh jawaban. Juga MD merupakan dasar-dasar
dari semua teori Marxis dan pandangan khusus terhadap sejarah, ekonomi dan
politik.
Studi
kita yg singkat sudah meletakkan garis besar MD, arti petingnya filsafat Marxis
dalam memahami dunia, perjuangan klas dan kerja politik dimana kita terlibat.
Untuk bisa paham sepenuhnya sudah tentu harus dilanjutkan dalam proses yang
akan terus berjalan, dan mendalaminya dalam studi dan praktek.
Ringkasan MD
Idealisme
dan Materialisme menjawab masalah hubungan antara dunia ide dan dunia material.
Dua cara pandang filsafat ini muncul untuk menjawab yang manakah yang lebih
utama dan menentukan.
A. Idealisme :
1. Ide-ide,
spirit sebagai kenyataan pokok/prinsip.
2. Ide-ide
dan spirit membentuk dan menentukan dunia material.
3. Dunia
ini penuh berisi segala sesuatu yang tidak bisa dipahami oleh manusia dan ilmu
pengetahuan.
B. Materialisme
1.
Dunia material adalah kenyataan pokok.
2.
Dunia maerial adalah sumber ide-ide.
3.
Dunia material ini dapat dijelaskan dan dipahami melalui pengalaman manusia dan
ilmu pengetahuan.
Metafisika
dan Dialektika keduanya berkaitan dan menjawab masalah perkembangan dan
perubahan yang terjadi dalam alam dan masyarakat.
A. Metafisika
1.
Fenomena atau gejala dilihat secara terpisah
2.
Keadaan alamiah adalah statik, diam.
3. Segala
sesuatu bersatu dalam dirinya sendiri dan perubahan disebabkan oleh
faktor-faktor luar.
4.
Hanya ada perubahan kuantitatif.
B. Dialektika
1. Fenomena
dilihat dalam salinghubugannya dan saling ketergantungannya.
2. Keadaan
alamiah sesuatu hal adalah terus-menerus berubah.
3. Kontradiksi
ada secara internal dalam suatu hal dan perubahan pada dasarnya akibat
faktor-faktor internal ini.
4. Ada
perubahan kuantitatif dan kualitatif. Perkembangan terjadi dari sederhanan ke
rumit, dari rendah ke tinggi.
POINT-POINT DISKUSI - MD
1. Ringkaskan
perbedaan antara Materialisme dan idealisme. bagaimana agama dan bentuk
idealisme lain memainkan peran reaksioner dalam masyarakat, membela status quo
dan cara pandang kelas berkuasa. bagaimana Materialisme mengabdi kepentingan
klas pekerja?
2. Jelaskan
perbedaan antara pandangan metafisika dan dialektis terhadap perkembangan dan perubahan.
Tunjukkan bagaimana sifat/ciri Dialektika?
3. Marxisme
berpendirian bahwa Dialektika tidak saja menjelaskan alam, tetapi juga
masyarakat. Pilihlah fenomena sosial (misalnya rasisme (?)). Apakah pandangan
metafisika atas hal ini ? Dan bagaimanakah pandangan Dialektika?
4. Dengan
menggunakan metode Dialektika, coba bahas dan diskusikan sebuah contoh
bagaimana Materialisme Dialektika bekerja dalam kerja politik anda. bagaimana
Materialisme Dialektika menyinkap hakekat aneka fenomena?
5. Akhirnya,
jelaskan bagaimana filsafat Marxis berwatak ilmiah dan partisan (memihak
kepentingan kelas pekerja)?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar